HUbungan sehat anti bucin (Gambar oleh press dari Pixabay)

Akhir-akhir ini istilah bucin menjadi sangat popular di kalangan remaja. Bucin singkatan dari budak cinta. Meskipun istilah bucin baru muncul sejak tahun 2019 yang lalu, namun fenomena dan perilakunya sudah ada di sepanjang peradaban manusia.

Mayoritas kita sudah sejak kecil melihat contoh bucin di rumah kita sendiri sejak kecil, dilakukan oleh mama ke papa atau papa ke mama. Perilaku bucin membuat kita mudah sekali tergelincir merendahkan, merugikan, merusak diri sendiri atas nama cinta. Kita senang dan bangga sekali menghambakan diri demi kepentingan dan kebahagiaan pasangan.

Singkatnya, karena cinta orang bisa merusak diri sendiri, menyerahkan segalanya kepada pasangan, mengikutin perkataan pasangan untuk memuaskan pasangan. Bahkan masyarakat dan media massa pun gemar meromantisasi sikap bucin itu sebagai sesuatu yang keren, wajar, bahkan mulia. Itu sebabnya ketika remaja dan dewasa kita jadi terpikir untuk mengulangi hal serupa.

“Contoh sikap bucin itu kalau pasangan marah langsung berfikir ‘aku salah ya?’. Kalau pasangan selingkuh, kita nanya ‘aku kurangnya dimana sih?’ padahal yang selingkuh kan pasangan, yang salah pasangan, tapi dia merasa bersalah. Contoh lagi pasangan kita merusak kepercayaan dari kita, tapi kita yang memperbaiki diri, padahal yang salah kan pasangan? Bucin membuat diri menjadi tidak punya harga diri, sehingga memicu timbuhlnya kekerasan dalam hubungan yang nggak sehat,” ujar Lex dePraxis, Faounder of Kelas Cinta and Relationship Coach,  dalam talkshow ‘Membahas Tips Pintar Terbebas dari Bucin’ beberapa waktu lalu.

Kita pikir cinta itu harus dibuktikan dengan penyerahan diri dan pengorbanan tanpa batas. Realitanya, itu adalah mindset yang berbahaya dan merusak. Orang menjadi bucin karena nilai merasa dirinya kurang, rendah diri, bersedia banting tulang untuk mendapatkan perhatian pasangan.

Tentang perbucinan bisa terjadi dari semasa PDKT hingga berumah tangga, dari masa jatuh cinta hingga masa patah hati. Di proses PDKT, biasanya dilakukan laki-laki. Laki-laki yang kurang percaya diri untuk mendapatkan perhatian cewek bisa memberi apapun yang dimau cewek.

Kalau perempuan bucinnya bisa terjadi setelah pacaran dan menikah. “Kalau di rumah kita lihat mama selalu nurut apa kata papa. Banyak pernikahan membuat perempuan menjadi bucin. Papa nggak mau membantu, mama sendiri yang melakukan semua hal. Ini hubungan yang tidak sehat, karena kalau cinta itu setara,” jelasnya.

Banyak perempuan yang memposisikan diri sebagai pelayan suami. Padahal setelah menikah, jika laki-laki masih butuh dilayani sebenarnya dia tidak butuh istri tapi butuh emak dan embak. Ini kontruksi sosial sebenarnya yang membuat perempuan menjadi bucin, karena sejak kecil anak perempuan dididik untuk menjadi penurut.

Sedangkan anak laki-laki dibiasakan untuk mentraktir cewek jika PDKT. Ini bentuk awal hubungan yang tidak setara sejak PDKT. Jika cowok sudah merasa nyaman ditraktir, cowok akan merasa memiliki kuasa. Ini awal bucin terjadi.

Ada indikator tambahan dalam kelas cinta untuk orang yang siap nikah. Yaitu memiliki prestasi dalam hidup. Misalnya, sudah bekerja setelah lulus kuliah. “Kalau ada yang lulus kuliah langsung menikah dengan yang sudah menikah, ini nanti relasinya kurang bagus. Bisa jadi bucin,” katanya.

Cara Menghindari Bucin

Ada dua cara supaya kamu tidak tergelincir menjadi bucin dalam hubungan yang sehat.

  1. Tingkatin Nilai Diri

Kalau nilai diri kita delapan tentu kita ingin pasangan yang nilainya minimal sama atau lebih tinggi. Kalau perempuan sudah hebat dan mapan tentu akan mencari laki-laki yang mapan. Kalau ada laki-laki yang baru kenal langsung mau serius, tinggalin saja.

  1. Berdaya dan Berkarya

Berdaya artinya memiliki skill, pengetahuan, dan kemampuan. Berkarya itu punya prestasi, aset, punya pencapaian. Proses berdaya dan berkerya itu nggak gampang. Setiap orang memiliki daya, nilai pikiran, skill. Kalau kita paksain nikah meskipun belum berdaya, kita akan jadi bucin untuk pasangan. Berkarya tiap orang berbeda-beda dengan latar belakang orangtua dan pendidikan yang berbeda-beda. Jadi tiap orang memiliki batas usia yang berbeda-beda usianya berdasarkan kemampuan berdaya dan berkaryanya.

Dalam setiap relasi baik itu relasi dalam pacaran ataupun relasi dalam pernikahan adalah penting untuk mengenali pasangan dalam usaha menciptakan hubungan yang harmonis dan mempererat hubungan yang sedang dijalankan.

Dasar dalam setiap hubungan yang baik adalah adanya komunikasi yang baik yang dilakukan kedua belah pihak kepada pasangannya. Komunikasi yang tepat adalah komunikasi yang dilakukan dua arah, antara kamu ke pasangan kamu dan begitu pula sebaliknya.

“Pada masa pacaran, sebulan hingga tiga bulan itu masih masa manis sehingga saat pasangan melakukan kesalahan masih dibilang imut. Nah, kalau mau pacaran beri waktu setahun untuk mengenal pasangan. Jangan diniatkan langsung menikah, karena kalau niatnya menikah nanti ketika pasangan ada sisi negatifnya, akan menerima saja. Ini seperti proses seleksi, butuh waktu panjang tidak bisa instant,” jelasnya.

BACA JUGA:

Kalau dalam perjalanan pacaran ada sikap buruk, jangan diterusin. “Karena setelah menikah laki-laki merasa relasi kuasanya semakin kuat. Kalau berharap misalnya awalnya kasar berharap tidak kasar itu nggak mungkin. Kalau saat pacaran tidak memiliki tanggungjawab, setelah menikah ya akan tetap begitu,” katanya.

Kebanyakan orang mempertahankan pasangan yang membuatnya menjadi bucin karena merasa dirinya tidak berdaya. Karena itu daya itu penting, perluas teman, dan perkuat kemampuan finansial. “Meskipun uang yang dihasilkan tidak banyak, bisa meningkatkan percaya diri kamu. Setelah harga diri dan nilai diri naik, dengan sendirinya kamu akan melepaskan diri dari pasangan yang bikin bucin,” terangnya.

Luangkan waktu lebih banyak untuk melakukan aktivitas bersama ketika pacaran. Dari sini kamu bisa melakukan pengamatan akan cara ia merespon sesuatu, cara ia menyelesaikan suatu masalah, cara ia membawa dirinya dalam berbagai situasi dan aktivitas. Nah ini bisa juga membantu kamu untuk mengenali pasangan kamu lebih baik sehingga kamu tidak menjadi bucin.

 

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Komentar