Financial Check Up (Foto: Pexels)
Keuangan keluarga perlulah dikelola dengan baik agar setiap kebutuhan keluarga bisa terpenuhi. Agar maksimal dalam mengelola keuangan keluarga, kamu perlu memastikan kondisi keuangan keluargamu sehat. Untuk mengetahuinya, kamu perlu melakukan pengecekan secara finansial atau financial check up.
Melakukan financial check up sebetulnya serupa dengan cek kesehatan tubuh khususnya pada darah. Sehat tidaknya seseorang bisa dilihat dari indikator kadar gula dalam darah, kadar kolesterol, kadar asam urat, dan creatin. Bedanya, yang di cek di sini adalah keuangan keluargamu.
Adapun cara mengukur kesehatan keuangan keluargamu sebenarnya hampir sama dengan valuasi pada sebuah perusahaan, bedanya bahan yang di tes adalah keuangan keluargamu. Ada empat informasi penting yang dinilai dalam financial check up yaitu penghasilan, pengeluaran, harta, dan utang.
Setelah data tersebut didapatkan, selanjutnya diukur dengan menggunakan rasio yang akan dibandingkan dengan angka standar. Apabila rasio keuangan tersebut sesuai dengan angka standar, maka dapat dikatakan keuanganmu sudah sehat.
Lalu, bagaimana melakukannya Menurut Rudiyanto dalam bukunya Reksa Dana: Pahami, Nikmati! (2019), ada empat rasio yang dipergunakan saat melakukan financial check up.
1. Rasio pendapatan terhadap pengeluaran
Untuk mengetahui sehat atau tidak keuangan keluargamu, kamu bisa menghitung rasio pendapatan terhadap pengeluaran. Pendapatan merupakan semua penghasilan yang sifatnya rutin seperti gaji dan penghasilan tidak rutin seperti komisi, bonus, dan lain-lain.
Sementara, pengeluaran merupakan semua pengeluaran mulai dari belanja kebutuhan rutin, transportasi, rekreasi, cicilan utang, dan lainnya. Adapun hal yang tidak termasuk pengeluaran adalah kegiatan investasi seperti menabung uang di bank, membeli emas, reksa dana dan instrumen investasi lainnya secara uang tunai.
Misalkan pendapatan secara rata-rata per bulan sebesar Rp12 juta dan pengeluaran adalah Rp10 juta, maka rasio pendapatan terhadap pengeluaran adalah Rp12 juta dibagi Rp10 juta = 1,2. Hal ini termasuk sehat karena angka rasio di atas 1.
2. Rasio cicilan produktif dan konsumtif
Agar bisa memiliki aset, sangatlah wajar jika kamu memiliki utang karena harga aset seperti tanah, rumah, apartemen yang selalu meningkat. Sepanjang utang tersebut kamu gunakan untuk tujuan yang sifatnya produktif, maka masih bisa dikatakan sehat secara keuangan.
Ada dua kondisi berutang yang bisa menyebabkan seseorang dikatakan tidak sehat secara keuangan. Pertama cicilan utang produktif dibagi dengan total pendapatan bulanan lebih besar dari 30%.
Kedua, cicilan utang konsumtif yang dibagi dengan total pendapatan bulanan lebih besar dari 0%. Yang dimaksud dengan cicilan utang konsumtif adalah cicilan yang dipergunakan untuk membeli barang yang sifatnya konsumtif seperti smartphone, barang elektronik, perhiasan, dan lainnya.
Artinya begitu punya utang konsumtif, seseorang langsung dinyatakan tidak sehat secara keuangan. Sedikit fleksibilitas, apabila smartphone dipergunakan untuk membantu pekerjaan bisa dikategorikan produktif. Jika mayoritas hanya digunakan untuk main game, maka termasuk kategori konsumtif.
3. Rasio dana darurat
Dana darurat merupakan sejumlah uang yang disimpan yang sifatnya mudah untuk dicairkan. Dana darurat bisa berupa tabungan, emas batangan, ataupun reksa dana pasar uang.
Seseorang dapat dikatakan sehat apabila rasio antara dana darurat dibandingkan dengan pengeluaran bulanannya antara 3–12 kali pengeluaran perbulannya. Misalkan total tabungan di bank adalah Rp30 juta, sementara rata-rata pengeluaran per bulan mencapai Rp10 juta, maka diperoleh rasio 3 (Rp30 juta dibagi Rp10 juta).
Dana darurat sangat penting karena ketika terjadi kejadian seperti keluarga atau teman dekat masuk rumah sakit, terkena PHK, atau kondisi darurat lainnya, kamu tidak perlu panik dan terpaksa menjual semua aset dengan harga butuh uang alias BU.
4. Rasio uang pertanggungan asuransi jiwa
Uang pertanggungan asuransi jiwa merupakan sejumlah uang yang dibayarkan kepada tertanggung apabila yang bersangkutan membeli asuransi jiwa dan mengalami risiko meninggal dunia. Kenapa asuransi penting? Sebab ketika seorang kepala keluarga yang menjadi tulang punggung dalam mencari nafkah meninggal dunia, maka keluarga yang ditinggalkan tentu akan mengalami kesulitan.
Dengan asuransi jiwa, diharapkan bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga tersebut selama beberapa waktu sampai mereka bisa mandiri dan menafkahi diri sendiri. Sama seperti dana darurat, tidak ada asuransi jiwa tidak baik, tapi terlalu banyak juga tidak baik karena biaya premi asuransi yang dibayarkan cukup besar.
Empat hal itulah yang bisa kamu lakukan untuk memeriksa apakah keuangan keluargamu sudah sehat atau belum. Dengan keuangan keluarga yang sehat, tentu saja akan lebih memudahkan kamu dan pasangan dalam mengelola keuangan keluarga.
Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Komentar