Alat Kontrasepsi (Gambar oleh Anqa dari Pixabay)

Alat kontrasepsi merupakan salah satu bagian dalam pengelolaan program Keluarga Berencana. Gagasan perencanaan keluarga untuk mewujudkan kehidupan reproduksi yang sehat dapat dijalankan dengan konkrit diantaranya dengan penggunaan alat kontrasepsi. Kesehatan reproduksi yang baik merupakan sebab dan akibat dari upaya perencanaan hidup yang baik.

Jika kesehatan reproduksi dapat dijaga dengan baik, maka kualitas hidup keluarga secara umum juga dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, pada peringatan World Contraception Day (WCD) 2020, BKKBN mengarahkan masyarakat tentang kontrasepsi menjadi lebih dari sekadar alat untuk mencegah terjadinya kehamilan, tetapi untuk mewujudkan kehidupan reproduksi yang sehat agar terhindar dari kehamilan tidak diinginkan serta kesakitan dan kematian karena kehamilan terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat/dekat, dan terlalu sering/banyak.

Hal tersebut diiringi dengan upaya peningkatan pemahaman komprehensif tentang ragam jenis serta kelemahan dan kelebihan masing-masing alat/obat kontrasepsi. Semakin banyak tahu ragam jenisnya, semakin banyak tahu pilihan sesuai dengan yang dibutuhan. Semakin banyak tahu kelemahan dan kelebihannya, semakin tenang dan nyaman menggunakannya karena terhindar dari rumor, mitos, dan ketakutan.

Gagasan utama yang ditawarkan program Keluarga Berencana adalah perencanaan keluarga, yaitu perencanaan dalam membangun dan menjalankan seluruh tahapan kehidupan berkeluarga. Jadi, idealnya pasangan yang siap menikah sudah mengetahui seluk beluk kontrasepsi.

Karena kontrasepsi lebih dari sekadar alat untuk mencegah terjadinya kehamilan, tetapi untuk mewujudkan kehidupan reproduksi yang sehat agar terhindar dari kehamilan tidak diinginkan serta kesakitan dan kematian karena kehamilan terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat/dekat, dan terlalu sering/banyak. Gagasan perancanaan keluarga untuk mewujudkan kehidupan reproduksi yang sehat dapat dijalankan dengan konkrit diantaranya dengan penggunaan alat kontrasepsi.

Kesehatan reproduksi yang baik merupakan sebab dan akibat dari upaya perencanaan hidup yang baik. Jika kesehatan reproduksi dapat dijaga dengan baik, maka kualitas hidup keluarga secara umum juga dapat ditingkatkan.

Masih rendahnya pemahaman tentang ragam jenis/pilihan serta kelemahan dan kelebihan alat/obat kontrasepsi menyebabkan keraguan pasangan untuk menggunakannya. Apalagi banyak rumor dan mitos yang membuat ketakutan untuk menggunakan alat/obat kontrasepsi.

Kasih sayang anak (Foto oleh Vivek Chugh sari FreeImages)
Kasih sayang anak (Foto oleh Vivek Chugh sari FreeImages)

Pahami dan Rencanakan dengan Nyaman

Membicarakan cita-cita keluarga tentu sudah mulai dibahas sebelum menikah. Mau tinggal di mana? Mau punya anak berapa? Mau beli rumah kapan? Mau liburan di mana? Semuanya perlu direncanakan. Karena ada kebutuhan biaya yang perlu dipersiapkan untuk mencapai cita-cita tersebut.

Kontrasepsi membantu perencanaan tersebut. Kamu harus tahu ada dua jenis alat kontrasepsi berdasarkan jangka waktu pemakaiannya yaitu temporer dan permanen. Alat kontrasepsi temporer penggunaannya bisa dihentikan saat kamu ingin menambah momongan. Sedangkan alat kontrasepsi permanen adalah tindakan sterilisasi yang dapat membuat seseorang tidak dapat melakukan pembuahan lagi.

Mari kita berkenalan dengan alat kontrasepsi temporer yaitu pil KB, suntik KB, implant, dan IUD. Ada dua golongan pil KB , yaitu jenis yang mengandung hormon progesteron dan kombinasi progesteron-estrogen. Keunggulan pil KB adalah harganya murah dan mudah dikonsumsi. Dikutip dari Popmama, tingkat kegagalan hanya 8% jika penggunanya menggunakan secara teratur.

Suntik KB memiliki durasi lebih lama daripada pil KB yang harus dikonsumsi setiap hari. Suntik KB dapat menunda kehamilan selama 1 bulan ada pula untuk 3 bulan. Kontrasepsi ini tergolong murah, dengan tingkat kegagalan 3% dalam pencegahan kehamilan.

Berikutnya, alat kontrasepsi implant atau norplant atau susuk. Istilah susuk muncul karena alat kontrasepsi ini seukuran batang korek api yang dimasukkan ke bagian bawah kulit, umumnya pada lengan bagian atas. Implan memiliki jangka waktu pencegahan kehamilan selama 3 tahun.
Implan ini cocok untuk pasangan yang tak mau repot. Ditambah, jenis KB ini karena tidak mengganggu produksi ASI. Sayangnya, harganya relatif lebih mahal dibandingkan menggunakan pil atau suntik KB, tingkat kegagalan sangat baik yaitu hanya 1 persen.

IUD (Intra Uterine Device) atau yang sering dikenal dengan kontrasepsi spiral ini diletakkan di dalam rahim untuk menghadang sel sperma menembus sel telur. Terdapat 2 jenis IUD yaitu yang terbuat dari tembaga dan dapat bertahan selama 10 tahun, atau yang mengandung hormon dan bertahan selama 5 tahun.
Karena jangka waktu pencegahan kehamilan yang cukup lama dan praktis, juga tingkat kegagalannya rendah. Karena itu IUD menjadi alat kontrasepsi yang cukup diminati oleh banyak pasangan di Indonesia.

Jika empat alat kontrasepsi temporer di atas menempatkan istri sebagai pengguna, KB vasektomi sebaliknya. Vasektomi memerlukan peran aktif suami untuk menghentikan aliran sperma dengan cara menutup saluran vas deferens pada pria. Hal ini memerlukan tindakan medis atau operasi dan bersifat permanen. Bagi pasangan yang tidak ingin memiliki keturunan lagi biasanya akan menggunakan cara ini sebagai salah satu option mencegah kehamilan.

Namun, karena hal ini bersifat permanen, akan lebih baik pria yang akan melakukan sterilisasi ini benar-benar mantap dan yakin sebelum menjalani tindakan. Dan pria yang melakukan tindakan ini tidak perlu takut karena tidak mengganggu ejakulasi, tidak menurunkan gairah seks, atau kemampuan ereksi.
Selain vasektomi, pembedahan tubektomi pada perempuan juga bersifat permanen. Tubektomi merupakan tindakan KB permanen atau sterilisasi pada perempuan, yang dilakukan dengan cara memotong atau menutup tuba falopi sehingga sel telur tidak masuk ke dalam rahim, sekaligus menghalangi sperma untuk masuk ke dalam tuba falopi.

KB sebelum pernah hamil (freeimages.com)
KB sebelum pernah hamil (freeimages.com)

Menunda Kehamilan Setelah Menikah

Menikah di masa pendemi Corona berbeda dengan masa lalu. Fasilitas kesehatan melakukan pengetatan kunjungan untuk mengurangi risiko penularan Corona. Kondisi ekonomi juga melemah karena dampak virus ini. Karena itulah BKKBN menganjurkan untuk menunda kehamilan pada masa pandemi corona.

Kepala BKKBN DR.(H.C), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengatakan masa awal kehamilan, terutama 8 minggu pertama sangat rawan. Sebab, di periode inilah fase krusial pembentukan organ pada janin. “Gangguan kesehatan atau kurangnya nutrisi ibu hamil di periode ini bisa memicu risiko cacat pada bayi,” terangnya.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, data COVID-19 tidak menunjukkan seorang ibu yang hamil memiliki risiko yang lebih tinggi terkena virus. Meski begitu, seperti yang telah kita ketahui dari penyakit flu, mereka berisiko dalam bahaya yang lebih besar ketika terjangkit infeksi saluran pernapasan.

Sebab, kehamilan menyebabkan berbagai perubahan dalam tubuh dan menghasilkan sedikit gangguan kekebalan tubuh yang dapat menyebabkan infeksi hingga menimbulkan lebih banyak rasa sakit, cedera, dan kerusakan. Memiliki infeksi virus pernapasan selama kehamilan, seperti flu, telah dikaitkan dengan masalah seperti berat badan bayi yang lahir rendah dan kelahiran prematur. Selain itu, memiliki demam tinggi pada awal kehamilan dapat meningkatkan risiko cacat lahir tertentu, meski jumlah keseluruhan kejadian cacat tersebut masih rendah.

BACA JUGA:

Selain itu, banyak keluarga yang terganggu ekonominya karena PHK atau usaha yang lesu. Akibatnya, belanja untuk pemenuhan nutrisi jika istri hamil juga akan terganggu. “Apalagi, pada fase hamil muda, daya tahan tubuh turun, jadi lebih rentan terserang penyakit,” ucapnya.

Menurut Hasto, di masa pandemi ini, layanan untuk ibu hamil di fasilitas kesehatan juga akan terdampak. Selain itu, banyak keluarga yang terganggu ekonominya karena PHK atau usaha yang lesu. Akibatnya, belanja untuk pemenuhan nutrisi jika istri hamil juga akan terganggu. “Apalagi, pada fase hamil muda, daya tahan tubuh turun, jadi lebih rentan terserang penyakit,” ucapnya.

Karena itu, Hasto menyarankan agar pasangan usia subur tetap menggunakan alat kontrasepsi di masa pandemi ini. Terkait adanya fasilitas kesehatan yang mengurangi layanannya karena tenaga medisnya kekurangan APD (alat pelindung diri), BKKBN sudah menyediakan alternatif akses layanan KB melalui mobil keliling di berbagai daerah. “Jadi, kami pesan betul, di masa pandemi ini tolong jangan hamil dulu,” ujarnya.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Komentar