Pernikahaan saat ini sering diambil praktisnya saja. Selain menyingkat durasi resepsi, pernikahan tanpa ada adat ideal dilakukan untuk menghemat budjet. Tidak ada yang salah sebenarnya karena secara hukum dan agama sudah sah. Padahal, meskipun terlihat ribet prosesi pernikahan adat Jawa penuh simbol dan sarat akan doa untuk kedua calon pengantin.
Tak kenal maka tak sayang, ada perlunya kamu mengenal setiap tahap prosesi pernikahan adat Jawa sebelum menjalani pernikahan. Setelah paham arti setiap tahapannya, kamu bakal jatuh cinta dan terharu saat menjalani prosesnya. Yuk mengenal prosesi pernikahan adat Jawa berikut ini.
- Prosesi pasang tarub, bleketepe, dan tuwuhan
Pasang tarub, bleketepe, dan tuwuhan adalah awal dari proses pernikahan adat Jawa. Tarub yang dipasang di pagar atau pintu masuk memiliki arti sebagai atap sementara atau peneduh rumah. Pemasangan tarub ini dibarengi dengan pemasang bleketepe ini sebagai penanda rumah sedang melakukan acara pernikahan.
Bleketepe, tarub, dan tuwuhan ini juga jadi simbol tolak bala. Bleketepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa ini akan dipasangkan dengan tuwuhan. Tuwuhan dipasang di kiri dan kanan gerbang biasanya isinya adalah tumbuh-tumbuhan. Salah satu yang wajib ada adalah pisang raja, kelapa muda, batang padi, dan janur. Pemasangan bleketepe, tarub, dan tuwuhan ini berisi harapan pasangan yang akan segera menikah. Diharapakan calon pengantin memperoleh keturuan yang sehat, berbudi baik, berkecukupan dan selalu bahagi.
- Sungkeman
Sungkeman mungkin jadi hal yang sudah sering kamu dengar karena prosesi ini bukan hanya ada di prosesi pernikahan saja. Sungekeman ini bukti penghormatan kepada orang tua dan sesepuh. Prosesi ini biasanya terasa lebih intim karena sang calon mempelai akan meminta maaf dan meminta izin untuk segera menjalani kehidupan baru.
- Siraman
Siraman dimaknai sebagai penyucian diri atau membersihkan diri sebelum upacara sakral. Air untuk siraman dipenuhi dengan bunga sebagai simbol doa agar rumahtangga anak senantiasa indah seperti bunga. Hanya orang yang lebih tua dan sudah menikah yang boleh menyiramkan air pada calon pengantin. Biasanya 7 orang wakil keluarga yang akan menyiramkan air dengan tujuan meminta berkah dan doa pada pernikahan.
- Dodol dawet
Setelah acara siraman berakhir, kedua orang tua mempelai berjualan dawet atau disebut dengan dodol dawet. Ibu dari calon pengantin akan berjualan sambil dipayungi sang suami. Dodol dawet ini mempunyai arti kebulatan kehendak orang tua untuk menjodohkan atau melepaskan anaknya.
Tamu yang ingin membeli dawet atau cendol ini harus membayar dengan uang kreweng yang terbuat dari tanah liat. Kreweng ini menunjukan kehidupan manusia yang berasal dari tanah. Selama prosesi berlangsung ibu akan melayani pembeli dan ayah akan menerima pembayarannya. Ini memiliki arti mengajarkan calon pengantin untuk mencari nafkah dan saling membantu.
- Meratus Rambut dan Ngerik
Rambut yang basah sehabis disiram dikeringkan oleh perias dengan diratus. Tidak hanya kering, rambut pun akan senantiasa harum hingga hari pernikahan. Setelah itu, perias akan mulai ngerik untuk menghilangkan rambut halus yang ada di dahi, yang bertujuan membuang sial atau hal buruk yang pernah menimpa calon mempelai. Lalu, perias akan mulai membuat pola cengkorong paes.
- Midodareni
Salah satu acara yang paling dinanti pada acara pranikah adat Jawa adalah ritual midodareni. Prosesi ini dilakukan oleh calon mempelai wanita. Ia diharuskan berdiam diri di dalam kamar sejak pukul 18.00-24.00 biasanya sang mempelai dirias dengan riasan sederhana.
Calon pengantin wanita ini akan ditemani ibu dan kerabat dekat yang semuanya wanita. Pada malam hari ada prosesi tantingan yang dilakukan oleh ayah calon pengantin wanita. Ayah akan menanyakan bagaimana kesiapan dan kamantapan hati sang putri untuk berumah tangga.
Pada prosesi midodareni ini calon pengantin pria akan datang ke rumah sang calon pengantin wanita. Tapi kedua calon pengantin ini tidak boleh bertemu sama sekali. Calon pengantin pria yang datang ke rumah ini mempunyai makna kesiapan pernikahan.
- Serah-serahan di malam midodareni
Di malam yang sama calon pengantin pria akan membawa srah-srahan ke rumah calon pengantin wanita. Serah-serahan ini biasanya berisi perhiasan, pakaian, alat mandi, alat sholat, make up, dan berbagai makanan tradisional. Biasanya di dalam serah-serahan ini juga ada setanda pisang raja yang memiliki arti berkah dan rasa syukur.
- Balang gantal
Balang gantal adalah awal dari upacara panggih yang biasanya digelar setelah ijab Kabul. Pengantin saling melempar sirih inilah yang disebut dengan balang gantal. Gantal dibuat dengan daun sirih yang diisi dengan bunga pisang, kapur sirih, gambir dan tembakau hitam. Prosesi ini dilangsungkan dengan cara pengantin berdiri di arah berlawan dan saring melempar gantal. Ritial ini melambangkan kedua mempelai saling melempar kasih sayang.
- Ngindak endhog
Ngindak endhong dalam bahasa Indonesia mempunyai arti injak telur. Prosesi ini memiliki arti pengharapan kedua pasangan baru untuk mendapatkan keturunan yang merupakan tanda cinta kasih. Selain itu ini juga dilambangkan sebagai kesetiaan istri kepada suaminya.
- Sindur
Setelah prosesi injak telur selesai, pengantin akan melanjutkan dengan prosesi sindur. Kain sindur akan dibentakan kepada pengantin oleh ibu dan bersama-sama dituntun sang ayah berjalan menuju pekaminan. Hal ini adalah pengharapan agar pengantin baru ini siap menghadapi segala kesukaran dalam hidup.
- Kacar kucur
Sebelum prosesi kacar kucur dilangsungkan ada prosesi timbangan dimana pasangan baru ini duduk di pangkuan ayah mempelai wanita. Setelahnya baru dilangsungkan proses adat kacar kucur, mempelai pria akan mengucurkan biji-bijian dan uang receh yang disimbolkan sebagai penghasilan. Ini menunjukkan pria bertanggung jawab untuk memberi nafkah kepada keluarganya.
- Dulangan atau suap-suapan
Proses suap-suapan atau dulang-dulangan juga ada di prosesi pernikahan adat Jawa. Dulangan ini mengandung arti kiasan kalau pasangan pria dan wanita diharapkan selalu rukun dan pengertian.
- Sungkeman
Sungkeman adalah prosesi terakhir pernikahan adat Jawa. Sungkeman pengantin kepada orangtua ini untuk meminta doa dan memohon maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan, kedua mempelai sembah sungkem kepada kedua pasang orang tua. Apabila kakek dan nenek turut hadir, urutan sembah sungkem diawali dari nenek dan kakek, barulah kedua orang tua.
Comments (1)
Zacarias Neves
Aug 22, 2021 at 9:45 AM
Very good….
ReplyGoogle luck