25 Persen Pasangan di Indonesia Mengalami Masalah Infertilitas, Angkanya Terus Naik

Beberapa hari ini, di media dan media sosial ramai dibahas tentang telur ayam infertil dan bahayanya bagi kesehatan. Ini adalah telur ayam yang disiapkan untuk ditetaskan, tapi tidak jadi menetas dan kemudian dijual untuk dikonsumsi.

Nah, bicara soal infertilitas, ini ada yang jauh lebih penting dari isu telur ayam infertil. Apa itu? Infertilitas atau kondisi tidak subur pada pasangan. Dalam bahasa medis saat ini sering juga disebut dengan subfertilitas.

Bagaimana pasangan disebut dalam kondisi infertil atau subfertil? Dalam bahasa awamnya sulit hamil. Secara medis, kondisi  infertil terjadi jika pasangan belum hamil meski telah melakukan hubungan seksual secara teratur selama 12 bulan tanpa menggunakan alat proteksi atau kontrasepsi.

Pasangan suami istri dinyatakan memiliki masalah infertilitas primer jika belum pernah ada riwayat kehamilan. Namun jika pernah hamil tetapi tidak mampu mempertahankan kehamilan setelah sebelumnya memiliki anak, maka disebut infertilitas sekunder.

Kenapa infertilitas ini sangat penting untuk dibahas? Mari kita lihat faktanya.

Fakta di Indonesia

Di Indonesia, ternyata angka prevalensi infertilitas terus naik. Pada 2012, dari 67 juta pasangan usia subur, sebanyak  10 – 15 persen atau 8 juta mengalami infertilitas atau gangguan kesuburan yang membuat sulit mendapatkan anak.

Pada 2013, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka prevalensi infertilitas di Indonesia meningkat pada kisaran 15 – 25 persen. Artinya, hampir 1 dari 4 pasangan usia subur di Indonesia mengalami gangguan kesuburan.

Nah, untuk memahami seluk beluk infertilitas, yuk kita belajar pada Prof. Dr. dr. Budi  Wiweko, Sp.OG(K), MPH, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang juga Sekjen Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).

Data menunjukkan, 75 persen pasangan suami istri kemungkinan akan hamil pada 6 bulan pertama setelah menikah. Dalam prosesnya, memang akan ada yang kemudian mengalami keguguran. Tetapi, kemungkinan terjadinya proses kehamilan pada 6 bulan pertama pernikahan sangatlah tinggi.

Menurut Prof Budi, berdasar penelitian yang dilakukan pada klinik kesehatan di Jakarta, Surabaya, dan Denpasar terhadap 212 pasien yang mengalami gangguan infertilitas, rata-rata mereka baru berkonsultasi dengan dokter setelah 2 tahun menikah dan belum hamil. “Ada beberapa hambatan yang membuat pasangan takut untuk berkonsultasi dengan dokter,” katanya.

Tak Berkonsultasi ke Dokter

Pertama, 56 persen pasangan mengaku takut dengan hasil diagnosa. Bagaimana jika nanti dinyatakan mandul? Bagaimana kalau nanti dinyatakan tidak bisa punya anak? Ketakutan-ketakutan itu seringkali muncul. Padahal, ilmu kedokteran saat ini memiliki beragam solusi untuk mendeteksi faktor penyebab pasangan belum hamil.

Kedua, 13 persen pasangan mengaku takut dengan pemeriksaan ginekologi. Naik ke meja pemeriksaan ternyata memang bisa memicu ketakutan. Padahal, seharusnya pasangan tidak perlu takut karena semua tindakan medis pasti dilakukan dengan prosedur yang aman.

Ketiga, 12 persen pasangan merasa malu saat datang ke dokter. Ini biasanya karena memang ada tekanan sosial. Setelah pertanyaan “Kapan nikah?”, maka pertanyaan yang sering muncul berikutnya adalah “Kapan punya anak?”.

Padahal, pasangan tidak harus langsung punya anak setelah anak. Tergantung dengan kesiapan masing-masing pasangan. Karena itu, edukasi pada masyarakat sangat penting, bahwa menikah atau punya anak itu bukan lomba cepat-cepatan. Kondisi belum hamil juga bukan sebuah hal negatif yang pantas untuk dicibir.

BACA JUGA:

Berikutnya, ada alasan biaya yang membuat pasangan tidak kunjung berkonsultasi dengan dokter. Alasan lainnya adalah karena adanya pengalaman tidak menyenangkan saat berkunjung ke dokter obgyn.

Penyebab Sulit Hamil

Nah, sebenarnya apa sih penyebab infertilitas atau pasangan sulit hamil? Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab. Diantaranya gaya hidup, kondisi pekerjaan, serta alasan medis.

Sering muncul pertanyaan seperti ini. Apakah pekerjaan sebagai sopir berpengaruh pada kesuburan? Apakah mengantongi handphone di saku celana mempengaruhi kualitas sperma? Apakah olahraga sepeda bisa mengganggu produksi sperma?

Sabar ya… Penjelasan lengkap tentang infertilitas selanjutnya akan kita ulas besok. Jadi, tetap kunjungi www.siapnikah.org. Yuk, share informasi ini ke pasangan, keluarga, dan teman-temanmu, agar makin banyak yang dapat ilmu.

Jangan lupa, follow akun Instagram @siapnikah_official dan like akun Facebook @siapnikah.org supaya kamu bisa selalu dapat update informasi penting dan bermanfaat seputar pernikahan, tips keuangan keluarga, dan tips parenting. (*)

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Komentar