Kebijakan work from home (WFH) membawa dampak lain yang tak disadari yaitu kehamilan yang tak direncanakan. Ada dua faktor yang membuat hal ini terjadi yaitu banyaknya waktu di rumah dan berkurangnya penggunaan alat kontrasepsi. Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan kondisi ini akan membawa dampak 420 ribu kelahiran bayi yang tidak direncanakan pada tahun depan.
Hasto mengatakan angka ini berasal dari perkiraan 10 persen dari 28 juta penduduk anggota keluarga berencana kesulitan menjalankan kontrol kelahiran. BKKBN mencatat 95 persen pengguna kontrasepsi di Indonesia adalah wanita. Sementara hanya sedikit pria yang menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsi. Sekitar 4,8 juta bayi dilahirkan setiap tahun di Indonesia, negara dengan lebih dari 260 juta penduduk.
Klinik kesehatan kecil telah ditutup sementara. Sementara dokter dan bidan membatasi jumlah pasien sejak Indonesia menerapkan pembatasan sosial sebagian pada bulan lalu untuk mencegah penyebaran COVID-19. Hal ini telah membuat lebih sulit bagi orang Indonesia untuk mengakses alat kontrasepsi.
“Ada juga banyak orang yang memilih untuk mematuhi perintah pemerintah untuk tinggal di rumah kecuali ada keadaan darurat. Saya kira banyak orang tidak melihat kontrasepsi sebagai keadaan darurat,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo.
BKKBN sebenarnya sudah menggaungkan kampanye tunda hamil di tengah pandemi virus Corona COVID-19 tidak dianjurkan oleh BKKBN. Karenanya, diimbau untuk tidak menghentikan penggunaan alat kontrasepsi selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
“Jika Anda berencana untuk hamil, sekarang bukan waktu yang tepat dan tolong jangan hentikan penggunaan alat kontrasepsi Anda,” kata Wardoyo.
Ada beberapa alasan mengapa sebaiknya masyarakat untuk menunda kehamilan terutama pada masa pandemi Corona saat ini. Di antaranya pertimbangan mengenai kesehatan Ibu hamil dan janin selama pandemi.
Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengatakan masa awal kehamilan, terutama 8 minggu pertama sangat rawan. Sebab, di periode inilah fase krusial pembentukan organ pada janin. “Gangguan kesehatan atau kurangnya nutrisi ibu hamil di periode ini bisa memicu risiko cacat pada bayi,” terangnya.
Selain itu, banyak keluarga yang terganggu ekonominya karena PHK atau usaha yang lesu. Akibatnya, belanja untuk pemenuhan nutrisi jika istri hamil juga akan terganggu. “Apalagi, pada fase hamil muda, daya tahan tubuh turun, jadi lebih rentan terserang penyakit,” ucapnya.
Menurut Hasto, di masa pandemi ini, layanan untuk ibu hamil di fasilitas kesehatan juga akan terdampak. Perawatan sebelum kelahiran mungkin terlihat berbeda untuk sementara waktu karena pengendalian penyebaran COVID-19 di antara pasien, perawat, dan staf medis.
Biasanya, seorang perempuan hamil memiliki sekitar 14 kunjungan periksa sebelum melahirkan. Jumlah tersebut mungkin akan berkurang setengahnya di masa pandemic Corona. Karena itu, tetaplah menggunakan alat kontrasepsi untuk menghindari kehamilan yang tak direncanakan di masa pandemic Corona.