Ilustrasi Manstrubasi (FotoL pixabay)

JAKARTA – Dalam MedicalNewsToday disebutkan masturbasi memang bagian normal dari rangsangan diri pada alat kelamin untuk mendapatkan kenikmatan seksual. Biasanya masturbasi dilakukan dengan menyentuh, membelai, atau memijat penis atau klitoris sampai tercapai orgasme.

Bagi orang dewasa, masturbasi mungkin menjadi hal yang lumrah. Tapi, bagaimana dengan anak-anak yang melakukan masturbasi sejak dini? Dampaknya tidak boleh diremehkan.

Dilansir dari CNNIndonesia.com Psikolog Anak Ratih Zulhaqqi mengatakan arus perkembangan teknologi yang tidak terbendung membuat anak lebih rentan terpapar konten pornografi. Cuplikan film porno atau tayangan iklan berbau seksual bisa jadi ditemukan anak saat mengakses Internet. Tidak menutup kemungkinan  anak jadi ingin melakukan hal berbau seksual, termasuk masturbasi.

Paparan konten berbau seksual pada anak bisa berdampak buruk. Menurut Ratih, konten seksual bisa menghambat pertumbuhan otak anak dan mengganggu perkembangan emosinya. Kapasitas otak anak belum bisa mencerna video porno dengan baik sehingga mereka akan mencerna dengan emosinya.

“Apalagi anak yang terpapar konten porno pada usia itu cenderung berubah pada adiksi. Biasanya kalau sudah mengarah ke fase adiksi tadi, jadinya mereka enggak mau memikirkan hal lain di luar hal itu, jadi apa-apa dihubungkan ke sana [pornografi],” kata Ratih.

Untuk hal ini, edukasi seks menjadi sangat penting. Orang tua diimbau agar tidak memarahi atau menghakimi anak. Jika anak kedapatan melakukan aktivitas seksual, orang tua dianjurkan untuk memberikan pendidikan tentang seksual.

“Edukasi seksual itu bukan ‘ini cara berhubungan seks’, bukan ya. Tapi berikan pemahaman tentang jenis kelamin, dan yang terpenting berikan pemahaman terkait relasi, bagaimana dia memperlakukan laki-laki dan perempuan,” ucapnya.

Selain itu, orang tua juga bisa menjelaskan bagaimana proses pembuahan dan kelahiran dengan penjelasan ilmiah.

“Children see, children do. Kalau anak melihat sesuatu, dia cenderung ingin melakukannya, ini yang bahaya kalau dia melihat konten pornografi. Apa dia jadi ingin masturbasi? Bisa saja,” kata dia.

Ia menjelaskan masturbasi sendiri sejatinya adalah berfantasi tentang hubungan seksual hingga mendapat kenikmatan atau pleasure. Ketika anak menyadari masturbasi adalah hal yang menyenangkan, ditambah dengan fantasi tentang seks, anak bisa jadi adiktif atau ketagihan masturbasi. Hal ini dinilai akan berdampak negatif bagi anak.

1. Anak sulit berkonsentrasi
Ia menyebutkan saat masturbasi, anak akan berfantasi tentang hal yang berbau seksual. Hal tersebut bisa membuatnya kesulitan berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, dan sulit memikirkan hal-hal lain di luar seksualitas.

“Konsentrasinya turun, dia jadi ingin terus nonton video porno, bahkan sampai hilang motivasi belajar,” kata Ratih.

2. Berdampak pada cara pandang terhadap hubungan seksual
Ratih menjelaskan aktivitas seksual pada anak juga bisa berdampak pada bagaimana anak memandang hubungan seksual di masa dewasa.

“Bagaimana anak memandang hubungan seksual itu lebih pada apa yang mereka tonton. Kalau impresinya menyenangkan, mereka akan menganggap hubungan seks menyenangkan, begitu juga sebaliknya,” kata dia.

Ketika ia menganggap aktivitas seksual merupakan hal yang menyenangkan, maka ia akan ketagihan dan terus menerus ingin melakukannya. Video porno berperan pada cara pandang anak melihat hubungan seksual.

Namun, jika video porno menampilkan adegan seksual yang menampilkan kekerasan, maka pandangan anak terhadap hubungan seksual bisa ikut berubah. Anak bisa jadi masturbasi dengan fantasi melakukan kekerasan. Tanpa disadari, anak mungkin akan berpandangan bahwa hubungan seksual memerlukan kekerasan.

3. Mengajak teman atau saudara
Ratih menyebutkan anak yang sudah terpapar dengan aktivitas seksual tersebut kemudian cenderung ingin melakukannya bersama teman atau adiknya. Ia mungkin akan mengenalkan pada lingkungan pertemanannya tentang aktivitas seksual, tak terkecuali masturbasi.

“Efek yang ini yang harus jadi perhatian orang tua kalau anaknya terpapar konten pornografi,” kata Ratih.

4. Menjadi hiperseksual
Selain memengaruhi perkembangan otak dan emosi anak, masturbasi dini bisa membuat seorang anak menjadi hiperseksual. Psikolog di Primaya Hospital Jakarta Gardenia Junissa Siregar mengungkapkan anak yang sering melakukan masturbasi akan punya keinginan lebih besar untuk terus melakukan aktivitas seksual.

“Anak yang terpapar aktivitas seksual sebelum usia normal, akan menjadi hipersexual atau punya keinginan melakukan aktivitas seksual secara berlebih dan mengganggu aspek psikologisnya,” kata Gardenia.

5. Terganggunya fungsi seksual saat dewasa
Gardenia memaparkan anak juga akan terus menerus gelisah ketika tidak bisa melakukan kegiatan seksual hingga mengganggu aspek fisiologisnya. Jika dibiarkan, anak yang terus masturbasi dini bisa mengganggu fungsi seksualnya saat dewasa nanti.

“Kepekaan titik rangsangnya akan melemah atau menguat, ini akan berdampak pada efek orgasme yang sangat cepat atau lama saat dewasa,” katanya.

6. Menyebabkan atrofi otak
Dilansir dari Alodokter, dr Nadia Nurotul Fuadah mengungkapkan masturbasi yang berlebihan memang bisa menyebabkan atrofi otak khususnya di segmen otak bagian depan (prefrontal korteks). Atrofi otak bagian ini pada orang dewasa tidak akan lantas membuat kepala menjadi mengecil. Pasalnya tengkorak kepala orang dewasa tentu sudah mengeras dan menutup ubun-ubunnya, sehingga tidak mudah lagi berubah ukurannya sebagaimana bayi yang masih kecil.

“Namun, atrofi otak depan pada orang seusia ini lebih ditandai dengan perilaku yang cenderung impulsif, kehilangan kemampuan membuat keputusan bijak, sulit konsentrasi, dan sulit juga menjalankan aktivitas secara produktif sebab ingin terus beronani/masturbasi. Jadi, tidak hanya karena kepala kamu mengecil lantas kamu baru dikatakan mengalami atrofi otak,” ujar dia.

7. Menyebabkan iritasi organ intim
Nadia mengatakan masturbasi berlebihan selain menyebabkan atrofi otak, juga  bisa membuat organ intim mengalami iritasi, otot sekitar kemaluan dan pinggang terasa nyeri, gairah untuk melakukan hubungan seks yang sesungguhnya menurun, bahkan bisa juga terjadi gangguan ereksi yang berimbas pada kesulitan dalam memiliki momongan ke depannya.

“Oleh sebab itu, sedini mungkin, baiknya hindari kebiasaan masturbasi yang berlebihan ya. Jika memiliki waktu luang, ketimbang bermastrubasi lebih baik melakukan aktivitas lain yang lebih produktif, seperti dengan belajar, bekerja, mengasah, bakat, melampiaskan hobi, beribadah, dan sebagainya. Jika sulit menghentikan kebiasaan ini, bila perlu, silakan periksa ke dokter atau psikiater agar diberikan solusi yang tepat.” ungkap dia.

Dari sisi agama

Dilansir dari CNNIndonesia.com, hukum terkait masturbasi dalam Islam masih menjadi perdebatan para ulama. Ada yang mengharamkan secara mutlak. Ada pula yang mengharamkan dalam kondisi tertentu, dan membolehkan dalam kondisi yang lain. Namun, ada pula yang memakruhkan.

Adapun para ulama yang mengharamkan adalah ulama Maliki dan Syafi’i. Ulama Syafi’i beralasan bahwa Allah SWT memerintah menjaga kemaluan kecuali di hadapan istri atau budak perempuan yang didapat dari hasil peperangan.

Sementara itu, yang mengharamkan dalam kondisi tertentu dan membolehkan dalam kondisi yang lain adalah para ulama Hanafi.
Istimna’ diharamkan bila sekadar untuk membangkitkan dan mengumbar dorongan syahwat. Namun, ketika kuatnya dorongan syahwat, sementara pasangan sah tempat menyalurkan tidak ada, sehingga istimna’ semata untuk menenangkan dorongan tersebut, maka hal itu tidak dipermasalahkan. Pendapat ulama Hanbali sejalan dengan pendapat ulama Hanafi.

Menurut ulama Hanbali, istimna’ hukumnya haram kecuali karena mengkhawatirkan dirinya terjerumus kepada perbuatan zina, atau karena takut akan kesehatan, baik fisik atau mentalnya, sedangkan istri tidak ada dan menikah belum mampu. Maka tidak ada salahnya istimna’ baginya.

Dan pendapat lainnya adalah yang memakruhkan. Ini adalah pendapat Ibnu Hazam, sebagian pendapat Hanafi, sebagian pendapat Syafi’i, dan sebagian pendapat Hanbali. Istimna’ juga dimakruhkan karena termasuk perkara yang status keharamannya tidak dijelaskan Allah SWT secara eksplisit. Sehingga ia hanya merupakan akhlak yang tidak mulia dan perangai yang tidak utama.

Sementara, dalam pandangan Kristen masturbasi dipandang sebagai hal yang tidak alami. Dilansir dari Fimela, dalam carm.org, kitab Injil sama sekali tidak membahas masturbasi dan bagaimana hukum melakukannya. Inilah yang membuat banyak dari umat Kristen yang bertanya-tanya apakah melakukan masturbasi adalah dosa di hadapan Tuhan. Yang jelas, para pendeta sepakat untuk menyebut bahwa masturbasi bukanlah sesuatu yang alami.

Meskipun tidak dideklarasikan dengan gamblang bahwa masturbasi adalah perbuatan dosa dalam kitab Injil, umat Kristen tidak boleh lantas menganggapnya sah-sah saja. Apapun yang tidak ditulis Tuhan dalam kitabnya berarti manusia harus berhati-hati terhadapnya atau sebaiknya menghindarinya.

BACA JUGA: Ketika Remaja Berulah, Ini yang Harus Dilakukan

Dalam pandangan ajaran agama Hindu, masturbasi dianggap sebagai perbuatan dosa. Di dalam kitab suci Parasara Dharmasastra dinyatakan bahwa, “Seorang kepala rumah tangga yang gila nafsu birahi, mengeluarkan sperma (benihnya) ke tanah (melakukan masturbasi) harus mengulang mantra Gayatri seribu kali dan melaksanakan pranayama sebanyak 5 kali” (Parasara Dharmasastra XII.58). Apabila seorang laki-laki membiarkan air maninya tercecer di tanah, ia harus melakukan penebusan dosa dengan berjapa Gayatri Mantram sebanyak 1000 kali, yaitu berjapa sebuah mantram yang bersumber dari kitab suci Rg Veda III.62.10 dan melaksanakan Prāṇāyāma sebanyak lima kali sebelum berjapa.

Hal yang serupa juga ditemukan di dalam kitab suci Manawa Dharmasastra, dinyatakan “Hendaknya ia tidak sendirian, tidak pernah menyia-nyiakan kejantanannya. Karena yang dengan sengaja menyia-nyiakan kejantanannya (onani) adalah melanggar pantangan” (Manava Dharmasastra II.180). Aturan yang hampir sama juga dinyatakan dalam Visnu Dharmasastra XXVIII.48. Pantangan yang dimaksudkan untuk peningkatan ketahanan mental dan untuk tidak mudah terpengaruh oleh apa yang dapat menggiurkan pikiran atau membangkitkan hasrat seksual.

Sementara menurut pandangan agama Buddha, dalam Buddhistonline.com disebutkan sesungguhnya onani dilakukan karena ketamakan dan kemelekatan pada kenikmatan tertentu. Oleh karena itu, perbuatan ini bisa dikatakan melanggar Dhamma, yaitu memuaskan ketamakan berdasarkan kegelapan batin. Jadi, sebaiknya dihindari saja.

Disebutkan masturbasi mengumbar nafsu indera secara sadar. Mengumbar nafsu indera merupakan salah satu perwujudan dari perbuatan buruk (akusala kamma). Disarankan untuk menghindari pengumbaran nafsu indera. Walaupun efeknya secara klinis jangka pendek belum ditemui, namun secara batin sangat jelas efeknya, dan bila dilakukan berkelanjutan, akan menimbulkan reaksi refleks yang berakibat tidak menyenangkan, baik secara fisik, secara klinis, maupun secara batin.

 

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Komentar