Bagi calon pengantin wanita, persiapan mental ini perlu sekali diperhatikan. Kebanyakan kaum hawa melihat pernikahan sebagai hal yang indah penuh dengan pelangi. Keindahan kehidupan pernikahan pun diwarnai dengan berbagai tantangan bagi pasangan sehingga persiapan mental untuk menjawab tantangan itu sangatlah penting.
Setidaknya ada tiga persiapan mental yang perlu diperhatikan oleh wanita yang akan menikah.
1. Persiapan mental menjadi istri
Setelah menikah, peran dan tanggung jawab kamu akan berubah total. Kamu kini tidak lagi tinggal bersama orang tua, melainkan dengan suami. Menjadi istri yang dapat diandalkan dan idaman suami harus dipersiapkan untuk pernikahan yang sukses.
Untuk bisa menjadi istri yang baik, kamu perlu memahami karakter pria sampai dasar-dasarnya. Wanita itu butuh didengarkan, tetapi pria butuh diingatkan. Bisa dikatakan secara umum, pria dikenal sebagai makhluk yang pelupa. Tugas kamu sebagai calon istri yang baik adalah memahami dan menerima kekurangan tersebut. Lalu, tugas kamu selanjutnya adalah mengingatkan. Jadi persiapkan mental untuk lebih bersabar dan jangan lelah menghadapi suami. Ingat, selalu pahami dan ingatkan dia nanti.
Kamu juga perlu memahami cara berkomunikasi sebagai seorang istri. Banyak wanita takut akan pernikahan yang tidak bahagia, tapi banyak yang tak sadar bahwa kita sendirilah yang menentukan apakah pernikahan itu bahagia atau tidak. Pernikahan perlu dijalankan dengan pola pikir yang dewasa. Pelan-pelan cobalah memperbaiki cara kamu berkomunikasi sebagai seorang istri, sebab komunikasi yang baik adalah kunci kebahagiaan dalam pernikahan.
Kemudian, sebagai istri, kamu perlu mengetahui cara yang tepat untuk menunjukkan rasa hormat. Sebagaimana dirimu yang ingin dihargai oleh suami, kamu juga perlu mengetahui cara yang tepat dalam menunjukkan rasa hormat. Ketika kamu tidak setuju atau marah pada suami, sampaikan ketidaksetujuanmu dan kemarahanmu dengan cara yang baik dan tetap menghormati dia.
Selain itu, kemandirian dan kecerdasan juga bisa menjadi bekal sebelum menikah dan menjadi istri yang idaman. Baik sebelum menikah maupun selama menjalani pernikahan, semua orang dituntut untuk menjadi mandiri dan cerdas. Pasalnya kamu juga berhak bahagia untuk dirimu sendiri.
Cerdas dalam hal ini artinya kamu pandai mengatur waktu antara menyelesaikan tugas-tugas rumah, merawat anak, pekerjaan di luar rumah, perawatan diri, bersantai, dan memperhatikan suami. Dan cerdas sebagai seorang istri juga berarti pandai mengelola keuangan. Hal ini bermakna kamu bisa menyimpan uang untuk biaya tak terduga, menabung, belanja dan lainnya.
Sementara mandiri sebagai istri yang baik artinya meskipun ingin dimanja suami, bukan berarti kamu tidak bisa memanjakan diri sendiri. Meskipun dinafkahi suami, bukan juga berarti kamu tidak bisa menghasilkan uang sendiri.
Kemudian, sebagai istri yang baik kamu juga bertanggung jawab dan mematuhi aturan dalam pernikahan. Apa maksudnya? Setiap suku, adat, dan agama memiliki aturan-aturan yang berbeda mengenai pernikahan. Dalam hal itu, ada hukum-hukum tertulis dan tidak tertulis yang diwajibkan bagi seorang istri. Maka sangat penting agar kita belajar lagi untuk memahami aturan yang telah diajarkan dalam suku, adat, dan agama kita masing-masing. Sebab pernikahan itu sakral, kita tidak boleh bertindak sesuka hati seolah tidak memiliki adab.
2. Persiapan mental menjadi ibu
Persiapan mental lain yang harus diperhatikan adalah menjadi seorang ibu. Menjadi ibu tentunya merupakan salah satu hal yang diidamkan sebagian besar wanita. Untuk menjadi seorang ibu yang baik perlu persiapan yang matang.
Calon ibu perlu memiliki wawasan yang luas. Menjadi ibu merupakan proses belajar seumur hidup karena si buah hati akan selalu memasuki tahapan yang berbeda. Semakin anak tumbuh besar, semakin seorang ibu harus belajar hal baru.
Selain itu, untuk menjadi ibu yang baik perlu relasi yang kuat antara suami dan istri. Hubungan dengan suami harus kokoh, sehat, dan kompak karena dukungan utama untuk istri datangnya dari suami.
Kamu juga perlu rileks karena menjadi orang tua itu sangat menantang. Luangkan waktu untuk me time misalnya dengan olahraga, pergi ke salon, atau melakukan hobi.
Menjadi ibu yang baik, tak berarti kamu harus jadi orang tua yang perfeksionis. Sadarilah kalau kamu manusia biasa yang tak sempurna. Saat kamu mencoba menjadi perfeksionis tetapi hasilnya tidak sempurna, hal ini justru bisa bikin kamu depresi lho.
3. Persiapan mental menjadi menantu dan ipar
Menikah dengan pasangan berarti kamu menjadi bagian dari keluarganya. Ibu dari pasanganmu menjadi ibumu juga. Pribadi ini juga berhak untuk kamu hormati, sayangi dan hargai sebagaimana ibu kandung sendiri. Hal ini juga berlaku untuk ipar, yaitu kakak atau adik dari pasangan. Agar bisa menjadi menantu dan ipar yang baik, cobalah selalu bersikap positif terhadap mereka. Bersikaplah yang baik agar mertua tahu anaknya tidak salah memilih pasangan.
Dengan berbagai persiapan mental ini, bekalmu untuk menjadi istri akan lebih banyak. Sehingga ketika menginjakkan kaki di dalam biduk rumah tangga kamu akan lebih siap untuk menjalankan peranmu dengan baik.