Keluarga merupakan tempat pertama seseorang belajar tentang kehidupan. Di dalam keluarga kamu belajar tentang nilai kehidupan, norma, sikap, dan perilaku yang baik. Nilai yang baik ini pun harus kamu turunkan pada anak cucumu kelak dan proses ini tidak mudah karena era terus berkembang dan pola pikir anak cucu pun ikut berkembang berbeda dari generasi orang tuanya.
Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengatakan pada era disrupsi sekarang ini banyak sekali ekositem remaja yang terbentuk yang sangat berbeda dengan ekosistem orang tua. Populasi remaja yang akan membentuk keluarga pun lebih besar yakni 64 juta. Hal ini dinilai sebagai tantangan besar dalam membangun keluarga Indonesia saat ini.
BKKBN pun sangat fokus pada pembangunan keluarga karena salah satu tugas utama BKKBN yakni membangun keluarga berkualitas. Namun, dalam mengemban tugas itu, BKKBN dihadapkan pada tantangan lainnya yakni kegagapan.
“Padahal, saat ini kita mengalami gagap untuk mewariskan nilai luhur dalam keluarga. Orang tua memang mendidik anak sesuai dengan zamannya karena mereka enggak lahir di zaman sekarang, tetapi harus diingat, ada nilai luhur yang ada dalam keluarga yang harus diwariskan kepada anak cucu ini. Nah, dalam era ini, perlu dicari bentuk atau pola pewarisan nilai luhur itu,” kata dia dalam Talkshow Membangun Keluarga Berkualitas.
Formulasi yang pas untuk mewariskan nilai luhur kepada anak cucu ini harus dirumuskan. BKKBN pun memiliki peran di situ karena harus menjalankan delapan fungsi keluarga. “Kami pun selalu kerja sama dengan para pakar, universitas untuk mencari bentuk pewarisan itu. Sampai sekarang belum ada. Dan ahli keluarga di Indonesia juga masih terbatas,” ujar dia.
Meski demikian, BKKBN tak kurang akal dengan membentuk teman sebaya melalui Duta generasi berencana (Genre) yang memegang peran penting untuk menyosialisasikan keluarga adalah segala-galanya. Genre merupakan suatu program dari singkatan Generasi Yang Punya Rencana yang diluncurkan pemerintah lewat BKKBN.
“Para remaja ini bisa mendengarkan bukan dari orang tua seperti saya, tetapi dari teman sebaya. Mereka lebih percaya pada teman sebaya. Makanya kita bikin teman sebaya agar BKKBN bisa terhubung dengan mereka,” kata dia.
Selain itu, ia menyarankan agar orang tua bisa memahami anak cucunya dengan melakukan downgrade. Orang tua lebih memungkinkan untuk memahami anak cucu karena sudah pernah di posisi yang sama. Orang tua pun tidak bisa menuntut anaknya untuk upgrade langsung menjadi orang tua karena hal itu memerlukan proses yang panjang.
Sosiolog Paulus Wirutomo M.Sc mengungkapkan nilai-nilai yang harus diwariskan orang tua kepada anak cucunya berbeda pada setiap orang. Ada orang tua yang mementingkan sikap takwa, ada yang kerja keras, ada juga yang pentingnya belajar.
Namun, setidaknya ada dua nilai dasar yang perlu kamu tanamkan pada anak cucumu, yakni yang berhubungan dengan spiritual dan fisik. Spiritual tidak selalu berhubungan dengan agama, bisa juga soal etos kerja keras. Sementara, nilai fisik merupakan prinsip-prinsip untuk menjaga kesehatan.
Perlu kamu ingat, pesan kehidupan di dalam keluarga pasti akan diuji pengaruh-pengaruh lain dalam perkembangan zaman. Sebut saja internet. Setiap generasi punya tantangan berbeda. Tantangan orang tua zaman sekarang lebih berat dengan adanya gadget karena langsung mengena pada prinsip hidup.
Oleh karena itu, pesan kearifan keluarga yang mengandung nilai-nilai kebaikan akan selalu menjadi bahan pertimbangan penting dalam menghadapi berbagai tantangan dalam hidup dan pegangan untuk berperilaku dalam masyarakat.
Jangan salah, orang tua juga dipengaruhi kehadiran gawai. Ini ibarat pisau bermata dua, kalau salah menghadapinya bisa negatif akibatnya. Untuk menanamkan nilai kehidupan dan kearifan hidup, orang tua perlu memberikan contoh lewat perilaku yang konsisten. Ketika nilai luhur dalam keluarga bisa diwariskan maka akan lebih mudah dalam membangun keluarga yang kuat.