Ingin Menikah (Gambar oleh ElisaRiva dari Pixabay)

Keinginan untuk menikah kadang kali tak bisa dikendalikan dengan mudah. Apalagi jika pasangan dan keluarganya suah mendesak. Kalau kamu sudah mapan secara finansial, mungkin kamu tak akan galau. Bagaimana kalau kamu belum bekerja tapi ingin menikah?

Kamu harus paham konsekuensi jika kamu memilih langsung menikah. Itu berarti kamu sudah siap memasuki dunia rumah tangga. Bertanggungjawab pada keluarga. Fokusmu akan beralih pada suami dan anak-anak kelak.

Keputusanmu untuk menikah harus bisa kamu pertanggungjawabkan karena menikah bertujuan untuk menjalin hubungan yang jelas sampai akhir hayat. Menikah juga menyempurnakan ibadah. Jadi kamu harus siap dengan risiko berumahtangga.

Memiliki anak di usia muda mungkin memberikan keuntungan, seperti usia yang tak terpaut begitu jauh. Sehingga saat sudah dewasa kamu masih bugar saat merawatnya. Dengan sedikitnya jarak ini, kamu dan pasangan masih bisa memantau gaya hidup hingga caranya bersosialisasi dengan teman-temannya.

Risiko Ekonomi

Ketika kamu menikah tapi belum bekerja, kamu kehilangan kesempatan membahagiakan dirimu sendiri dan orangtua dengan menggunakan uang hasil jerih payahmu sendiri. Meskipun kamu bisa tetap bekerja setelah menikah, pola pergaulan di lingkungan bekerja tentu akan berbeda ketika kamu sudah menikah. Harus siap dengan pembatasan-pembatasan dari pasangan.

Ketidakmapanan ekonomi juga bisa menjadi pemicu konflik rumah tanggamu. Tidak mungkin kan kamu terus-terusan minta subsidi orangtua? Pilihannya adalah berhemat dengan penghasilan pasangan saja.

Ketika tanggal pernikahan sudah dekat, godaan untuk berhubungan seksual sebelum menikah sering datang menganggu pikiran. Rasa nyaman dan aman membuat banyak pasangan tergesa-gesa melakukan seks pra nikah. Apalagi jika secara usia sudah matang, teman-teman sebayanya untuk aktif secara seksual, godaan itu sulit ditepis.

Calon suami juga sering menggunakan alasan mengetes kesetiaan dengan berhubungan seksual sebelum menikah. Menggampangkan hubungan tersebut karena sudah ada rencana menikah. Sementara calon istri karena merasa terdesak dan tidak ingin pernikahan batal, akhirnya menyetujuinya.

Selain usia yang sudah ideal, ada juga yang merasa butuh teman hidup untuk menjalani hari-hari ke depannya. Ingin teman dekat dan intim tapi tak mau terjerumus dalam pergaulan bebas, maka menikah adalah jawaban. Banyak yang menyarankan pernikahan karena alasan ini.

Tapi ini bukan soal salah atau benar. Selama kamu merasa sudah siap lahir dan bathin ya tidak masalah. Harus ingat bahwa tanggungjawab keluarga berbeda jauh dibanding saat kamu hidup sendiri dan masih ditanggung orangtua.

BACA JUGA:

Kendalikan Hormon

Sebagai manusia normal tentu memiliki kepekaan rasa yang dipengaruhi oleh hormon. Disinilah peran emosi sangat berpengaruh, terutama saat pasangan mengajak dan ia terlalu takut untuk kehilangan. Alih alih berkata tidak, ia akan cenderung mengikuti desakan pasangan untuk berhubungan tanpa berfikir akan dampak yang terjadi.

Cobalah untuk mengatasi hasrat berhungan seksual sebelum menikah dengan cara berikut ini:

  1. Hargai Diri Sendiri

Sebelum menghargai pasangan, cobalah menghargai disi sendiri.  Menghargai diri sendiri adalah salah satu cara agar remaja tidak mudah terpengaruh bujukan kekasih. Jelaskan bahwa pernikahan memiliki tujuan agung penyatuan dua insan manusia untuk masa depan lebih baik, jadi bukan cuma diniatkan hubungan romantis sebagai sarana penyaluran hasrat seksual. Beri tahu juga bahwa cinta tidak sama dengan seks.

Ingat untuk selalu bertanggung jawab. Meskipun sudah ada rencana menikah, orangtua akan tetap mengawasi, ia harus tetap bertanggung jawab atas perilakunya. Sehingga ia perlu menghindari perilaku yang berdampak negatif bagi diri sendiri dan keluarganya.

  1. Hindari Ransangan Fisik dan Verbal

Rangsangan seksual bisa datang dari mana saja, salah satunya kontak fisik yang membangkitkan hormone seksual. Karena itu hindari kontak fisik secara langsung yang bisa membangkitkan gairah seksual.

Jaga obrolan, jangan bercanda yang menjurus pikiran mesum. Ketika ada obrolan yang merangsang gairah segera tutup obrolan tersebut. Saling menjaga satu sama lain menguatkan hubungan cinta sebelum menikah.

  1. Bentengi dengan Agama

Benteng paling kuat adalah agama. Hubungan seksual sebelum menikah dalam agama apapun tidak diperkenankan. Keagungan tujuan pernikahan membuat hubungan seksual masuk dimensi hubungan sakral, hubungan seksual bahkan beralih peran dari kegiatan haram menjadi ibadah ketika sudah menikah.

Puasa, adalah cara efektif untuk menahan hasrat seksual. Cobalah untuk puasa sebelum menikah. Selain untuk menahan hasrat seksual, puasa akan membuatmu tambah sehat juga bentuk tubuh menjadi ideal ketika menikah.

  1. Perbanyak Kegiatan

Ayo sibukkan diri dengan memperbanyak kegiatan positif. Waktu yang senggang membuat banyak melamun sehingga mendorong diri melakukan hal-hal negatif. Persiapan pernikahan tentu membutuhkan banyak rencana. Libatkan diri untuk memesan souvernir, mencicipi menu catering, atau memilih undangan. Dengan banyak kegiatan, waktu tak terasa semakin dekat pada pernikahan dimana kamu bisa melakukan hubungan seksual sepuasnya dengan nyaman.

  1. Stop Tonton Konten Pornografi

Konten pornografi terbukti menimbulkan hasrat seksual. Akses terhadap pornografi secara berulang dapat merusak otak bagian pengambilan keputusan dan merusak empat hormon baik. Salah satu efeknya, konten pornografi berpotensi mendorong orang untuk melampiaskan hasrat seksual tanpa memedulikan rasa malu serta rasa takut pada orangtua ataupun Tuhan. Karena itu stop tontonan yang mengandung pornografi.

Akhirnya, benteng terbaik adalah diri sendiri. Ingat risiko hubungan seksual sebelum menikah jika hasrat itu datang. Pernikahan lebih agung dari sekedar hubungan seksual, jangan merusak tujuan mulia itu dengan emosi sesaat.

Jika kamu bisa mengendalikan diri sendiri, kamu bisa pula mengendalikan pasangan. Artinya rasa ingin menikah sebelum bekerja dapat kamu tunda. Siap finansial menjadi faktor penting yang harus kamu penuhi dengan bekerja sebelum menikah. Hindari persoalan ekonomi yang bisa memicu persoalan dalam rumah tanggamu.

 

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Komentar