Menjelang waktu pernikahan ada saja cobaan sebelum menikah yang membuat hati ragu untuk memantapkan hati. Cobaan rasanya datang dari berbagai arah, bisa dari calon pasangan, dari keluarganya, hingga cobaan datang dari kesiapan ekonomi. Seperti yang dirasakan oleh EM.
EM merasa galau karena perbedaan status ekonomi. Calon mertuanya tergolong kaya dan terhormat di lingkungannya. Sementara keluarga saya sederhana. Tapi kekasihnya sangat baik dan pengertian. Dia merasa cinta dan yakin menikah dengannya.
Tapi setelah bertemu dengan orangtuanya, keyakinan itu hilang. Karena perlakuan calon mertua yang menganggapnya berasal dari keluarga yang dianggap miskin. Padahal EM merasa bangga karena orangtua saya menyekolahkan saya sampai lulus kuliah.
Beda cerita dengan KS yang merasa bosan dengan calon pasangannya. Dia merasa tidak bisa berkomunikasi dengan positif lagi. KS takut kebosanan itu akan berlanjut dalam rumah tangga. KS ingin berfikir ulang sebelum benar-benar menikah.
Wajarkah perasaan galau sebelum menikah? Apakah cobaan sebelum menikah pertanda ‘dia’ bukan jodoh yang baik? Bagaimana cara menyikapi cobaan sebelum menikah?
Menurut Budi Sarasati, SKM., M.Si, psikolog dari Asosiasi Psikologi Kesehatan Indonesia – APKI, pernikahan dalam sebuah ikatan suci yang dilakukan oleh dua orang yang saling mincintai dan menyayangi. Pernikahan juga menyatukan dua keluarga yang sangat berbeda latar belakang gaya hidup, pola kebiasaan sehari-hari, watak, tabiat dan sebagainya. Untuk itu diperlukan persiapan yang matang dalam segi fisik maupun psikologis.
Dalam ajaran agama Islam dianjurkan untuk memilih pasangan hidup yang se”kufu”, atau sama level nya, dalam garis keturunan, kekayaannya, dan tingkat pendidikannya (dalam bahasa Jawa disebut sebagai Bibit, Bebet, Bobot ). Bila salah satunya berat sebelah, biasanya akan timbul kegalauan sebelum menikah.
Budi menekankan cinta saja tidak cukup dalam membangun sebuah mahligai rumah tangga, karena persoalan rumah tangga yang akan dihadapi nantinya bukan cuma soal hati. Tidak apa-apa bosan sama pacar. Jangkan kan pacar, dalam rumah tangga juga sering terjadi kebosanan.
Barangkali kebosanan itu timbul karena terlalu sering berhubungan, baik dengan komunikasi maupun bertemu fisik. Nikmati saja perasaan itu, bisa jadi itu petunjuk Tuhan bahwa itu bukan jodohmu.
Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah kamu wajib menjaga harga diri, apalagi jika kamu perempuan ya. Perempuan itu seperti gelas, retak sedikit sudah menjadi gelas yang tidak sempurna lagi. Jadi selama belum menikah, pastikan kamu menjaga diri supaya tidak menyesal di kemudian hari karena batal menikah.
Lanjut Menikah
Bila memang serius ke pernikahan, ketika cobaan datang teruskan saja niatnya tidak perlu ditunda. Kuncinya kamu dan pasangan memang punya niat yang kuat untuk memasuki jenjang pernikahan. Ikhlas menerima semua persoalan.
Apapun yang terjadi di masa lalu tidak dapat diubah namun kita mempunyai pilihan untuk dapat mengubah masa depan jauh lebih baik dan lebih bahagia dari pada masa lalu. Jadikanlah diri sebagai tuan untuk diri sendiri (bukan orang lain). Saatnya untuk memahami diri dan bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan dalam hidup. Kuatkan diri untuk dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan bahagia.
Fokuskan perhatian kita untuk melihat pelajaran dari cobaan sebelum menikah bukan berfokus pada masalah dan rasa sedihnya. Memilih menghargai diri dan hidup dengan berbahagia jauh lebih baik daripada memilih menyia-nyiakan hidup dengan bersedih. Memaknai kembali pengalaman masa lalu dengan respon yang positif sangat membantu dalam menjalani hidup di masa depan lebih sehat dan bahagia.
BACA JUGA:
- 6 Ciri Wanita yang Pandai Mengelola Keuangan, Calon Istri Idaman
- 5 Tanda Kekasihmu Tak Serius Ingin Menikah
- 5 Ciri Pacaran yang Sehat Sebelum Menikah
Keluarkan emosi negatif dengan mengekspresikan perasaan dengan cara yang sehat, antara lain dengan menulis bebas. Kamu dapat menulis untuk mengutarakan segala perasaan yang dialami tanpa harus memperhatikan aturan seperti tanda baca dan ejaannya. Dengan menuliskan segala emosi yang kita rasakan dapat membantu kita untuk melihat masalah dari sudut pandang yang lain. Tulislah dimana hanya kita sendiri yang bisa membacanya bukan di medsos yang bisa mengakibatkan dampak negatif lainnya. Cara lainnya dengan mewarnai/menggambar bebas.
Segala suatu yang terjadi dalam hidup kita termasuk kejadian-kejadian sebelum menikah jadikanlah sebagai pelajaran positif dan bekal dalam menjadikan diri kita lebih baik. Ambil hikmah dari cobaan sebelum menikah untuk berfokus pada masa depan dan menjalani hidup lebih baik, lebih sehat serta lebih bahagia. Jadikan cobaan sebagai media belajar bersama dengan pasangan dalam memecahkan masalah.