Persiapan Menikah (Gambar oleh Agnieszka Kaczynska dari Pixabay)

Tanya Tim Ahli: Saya mau menikah bulan Agustus. Tapi saya agak takut atau tidak tahu tentang pendidikan seksual. Mohon solusi dan informasinya, apa yang harus saya siapkan sebelum menikah. Terima kasih. (AR)

Tim Ahli* Menjawab:

(*Dewi Mahastuti, S.Psi., M.Si. – Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia)

Hal-hal yang perlu dipersiapkan ketika akan menikah antara lain:

  1. Memperkuat niat  menikah untuk beribadah

Pasangan suami istri seyogyanya memperkuat niat menikah untuk melaksanakan ibadah pada Tuhan SWT, karena menikah merupakan salah satu bentuk ibadah yang diperintahkan. Melaksanakan ibadah disini harus dengan ikhlas dan sungguh sungguh dengan niat mendapat Ridha dari Tuhan YME. Niat menikah  untuk beribadah ini haruslah diasah setiap saat,ketika ada masalah atau gejolak rumah tangga maka pasangan suami istri harus kembali pada niat awal menjalin pernikahan tersebut. Niat ini seyogyanya harus diasah dan selalu dijaga keutuhannya agar menjadi penguat satu dengan yang lainnya.

  1. Menerima pasangan dengan apa adanya, baik kelemahan maupun kelebihannya

Tidak ada gading yang tak retak maka tidak ada manusia yang tidak ada kelemahannya. Setelah niat menikah maka muncullah keinginan untuk saling memback-up satu dengan lainnya. Kelemahan pasangan bisa dijadikan ladang amal kita sebagai pasangan dengan cara menutupi kelemahan pasangan kita agar menjadi seimbang satu dengan lainnya.

  1. Berpikir positif dalam menghadapi permasalahan yang akan muncul

Dalam hidup pasti akan bertemu dengan masalah, maka kita harus selalu berpikir positif dalam menghadapi permasalahan. Dalam melihat masalah kita harus dengan tenang agar dapat berpikir dengan baik bagaimana cara menyelesaikannya dengan baik, kita harus selalu berpikir bahwa kita mampu melewati masalah itu dengan sebaik-baiknya berdua. Ketika kita punya keyakinan seperti itu maka kita akan bisa melewati semua masalah dengan baik.

  1. Mengontrol emosi

Perbedaan satu dengan yang lainnya adalah hal yang tidak mungkin dapat dihindarkan, karena dua orang dengan latar belakang yang berbeda pasti akan berbeda dalam melihat sesuatu. Perbedaan itu dapat disikapi dengan tenang dan tanpa emosi,ketika perbedaan itu dihadapi dengan emosi maka akan menimbulkan masalah. Pengelolaan emosiyang tepat sangat mempengaruhi.

  1. Selalu berkomunikasi dua arah yang efektif dengan pasangan

Perbedaan itu dapat dikomunikasikan dan dicarikan pemecahannya dengan berkomunikasi dua arah yang efektif.Pasangan bisa saling mengkomunikasikan diawal terkait apa yang disukai dan yang tidak disukai serta bagaimana mengatasi perbedaan tersebut. Termasuk dalam keinginan dalam berhubungan suami istri, ketika suami atau istri menginginkan sesuatu maka komunikasikan jangan malu-malu agar pasangan paham dengan keinginan kita. Jangan pernah berpikir bahwa pasangan kita harus paham tanpa kita ngomong padanya apa yang kita harapkan atau inginkan. Bicarakan semua apa yang kita inginkan atau harapkan dengan pasangan dan carilah solusi pemecahannya.

  1. Pahami hak  dan kewajiban suami istri.

Pahami hak-hak suami dan istri sesuai ketentuan dari agama dan hukum yang berlaku, penuhilah hak-hak dengan tanggung jawab yang tinggi. Kewajiban juga demikian, pasangan suami istri harus berusaha memenuhi kewajiban satu dengan lainnya dengan sebaik-baiknya diperkuat dengan tanggung jwab yang tinggi.

  1. Hadirkan semangat niat untuk menjaga kehormatan

Kehormatan pasangan haruslah selalu dijaga dan dijunjung tinggi, karena kehormatan pasangan merupakan kehormatan kita juga. Dengan menjaga kehormatan maka kita bisa saling menghormati satu dengan lainnya. Istri menjaga kehormatannya ketika didalam rumah, ataupun diluar rumah karena kehormatan istri adalah kehormatan suami. Begitu juga sebaliknya.

  1. Selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarga

Berusaha melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya tanpa kita memandang kita sudah melakukan lebih dari pasangan kita. Apa yang bisa dilakukan harus dilakukan janganlah memperhitungkan atau melihat hitungan mana yang lebih banyak melakukan.  Dalam kehidupan bukan siapa yang lebih banyak mengerjakan sesuatu, tapi kita sudah melakukan apa dalam kehidupan kita.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Komentar