Mitos menyebutkan untuk memiliki anak perempuan pasangan harus memastikan bahwa istri orgasme ketika berhubungan suami istri. Benarkah mitos cara merencanakan jenis kelamin anak dengan cara tersebut?
“Saya kira itu lebih mitosnya. Tidak seperti itu prosedur untuk menentukan jenis kelamin anak dalam kandungan,” ujar Kepala BKKBN, dr Hasto Wardoyo Sp.OG (K) dalam Live IG ‘Mitos di Awal Pernikahan’ beberapa waktu lalu.
Untuk merencanakan kehamilan dengan jenis kelamin anak sesuai keinginan, bisa mengacu pada penelitian yang memberikan dasar waktu yang tepat untuk berhubungan suami istri. “Sperma dengan kromosom X nantinya akan menjadi laki-laki itu berjalannya cepat dan tidak tahan lama, hanya mampu bertahan 24 jam dalam saluran reproduksi perempuan. Kalau sperma untuk anak perempuan itu kromosomnya Y dan jalannya lenggak-lenggok. Dia bisa bertahan hingga 3X24 jam di saluran reproduksi wanita,” terangnya.
Jika pasangan ingin mendapatkan bayi laki-laki, lakukan hubungan intim di masa subur agar sperma kromosom Y bisa melesat dan sampai duluan ke sel telur sebelum kromosom X. Begitu juga sebaliknya.
Mitos tersebut muncul mungkin karena orgasme yang dialami wanita memicu produksi cairan vagina yang bersifat basa, yang membantu sperma kromosom Y bertahan hidup lebih lama sekaligus menciptakan lingkungan kurang bersahabat bagi kromosom X.
Pengetahuan ini memang idealnya sudah diketahui pasangan yang siap menikah. Jadi pada masa bulan madu sudah bisa merencanakan kehamilan. “Harusnya sebelum menikah untuk pasangan yang sudah mengetahui pola masa subur pasangan. Jadi bisa merencanakan bersama,” jelasnya.
Ketika berhubungan dengan pasangan saat masa subur maka bisa jadi laki-laki. Kalau berhubungan badan beberapa hari sebelum masa subur, maka kemungkinannya bisa punya anak perempuan.
“Kalau mau anak perempuan berhubungan badan dua hari sebelum subur. Sedangkan untuk anak laki-laki hubungan badan dilakukan tepat saat masa subur. Ini sangat ilmiah ya, berdasarkan dengan masa hidupnya sperma,” papar dr Hasto.
BACA JUGA:
- Istri Berhenti Bekerja untuk Program Hamil, Apa Saja yang Harus Disiapkan?
- Kenapa Pasangan Sulit Hamil? Yuk, Pelajari Apa Itu Infertilitas (3 – Selesai)
- Tanya Tim Ahli: Benarkah Mitos Supaya Tidak Hamil Ini?
Perencanaan untuk Keluarga Harmonis
Merencanakan kehamilan adalah salah satu cara untuk menciptakan keluarga harmonis. Jika pasangan sudah merasa siap memiliki anak, lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh untuk mendukung masa kehamilan yang sehat. Selain itu, calon ibu sebaiknya sudah mulai mengkonsumsi asam folat untuk menunjang pertumbuhan awal janin.
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah menjaga jarak kehamilan. Jarak kehamilan ini selain untuk memastikan ibu siap kembali hamil, juga memberi jeda waktu yang cukup untuk menata finansial.
BKKBN memberikan panduan ideal kehamilan berjalan 2-3 tahun setelah kelahiran awal. Dengan jarak ini masa menyusui anak sudah aman untuk dipisah. Sehingga secara psikologis kehadiran adik tidak akan membuat kakaknya merasa kurang diperhatikan nantinya.
Tubuh ibu juga sudah kembali normal setelah kehamilan awal. Jarak kehamilan terlalu dekat bisa meningkatkan risiko kehamilan bahkan menyebabkan kematian pada ibu dan janin. Risiko yang membayangi ibu hamil adalah plasenta abrupsi.
Plasenta abrupsi adalah kondisi dimana terlepasnya plasenta dari rahim sebelum janin dilahirkan, dan kondisi ini dapat menyebabkan kematian janin. Kenapa demikian? karena di plasenta ada organ yang menyediakan makanan bagi janin ketika masih di dalam rahim.
Risiko lainya yaitu menempelnya plasenta menutupi sebagian atau seluruh serviks, dalam istilah medisnya disebut plasenta previa, apakah berbahaya? ya bisa jadi sangat berbahaya, jika si ibu mengalami pendarahan di usia kehamilan tua patut diwaspadai, mungkin ini adalah plasenta previa.
Selain risiko kesehatan bagi ibu dan anak, kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat juga memunculkan permasalahan finansial baru bagi keluarga. Beban kehamilan yang baru dan tidak direncanakan akan menambah biaya pengelolaan keuangan.
Jangan sampai karena menggebu merencanakan jenis kelamin anak lalu lupa untuk menjaga jarak kehamilan. Persoalan-persoalan yang muncul karena kehamilan yang berdekatan bisa mempengaruhi keharmonisan keluarga.