Pandemi Corona berkepanjangan di Indonesia mempengaruhi banyak aspek kehidupan. Selain kesehatan, ekonomi juga terdampak oleh virus Covid-19 ini. Banyak perusahaan melakukan PHK, ada yang mengalami pemotongan gaji, bahkan ada yang tidak digaji. Para wirausaha juga mengalami sepinya usaha dan banyak project yang ditunda akibat corona.
Kondisi berubah, pola pengelolaan keuangan keluarga juga semestinya berubah. Kita perlu menyiapkan skenario keuangan terburuk akibat corona. Karena new normal bukan berarti corona sudah berlalu, namun kita mesti tetap beraktivitas agar roda perekomian tetap berjalan. Artinya, kita harus tetap waspada dengan adanya virus corona dan bersiap menghadapi resiko terburuk.
Karena itulah, dana darurat menjadi anggaran yang harus dipersiapkan dengan lebih seksama. Ini adalah dana yang disiapkan khusus untuk bertahan di saat kondisi ekonomi sedang tidak menentu seperti saat ini.
Dana ini harus disimpan dalam bentuk instrumen yang aman atau rendah risiko dan mudah dicairkan sewaktu-waktu. Misalnya, tabungan atau deposito berjangka 3 bulanan yang sewaktu-waktu juga bisa diambil tanpa kena penalti. Beberapa bank memiliki produk seperti itu. Yang paling penting, dana ini jangan diutak-atik. Hanya boleh diambil dalam kondisi darurat.
Prinsipnya, makin besar dana darurat yang disiapkan akan makin baik. Besaran dana darurat dihitung berdasar kebutuhan bulanan. Misalnya, dalam satu bulan kebutuhanmu sebesar Rp 5 juta, maka jumlah minimal dana darurat adalah 6 x kebutuhan bulanan. Jadi, setidaknya kamu harus menyiapkan Rp 30 juta yang tidak boleh diutak-atik.
Untuk lajang, minimal siapkan dana darurat sebesar 4 x kebutuhan bulanan. Bagi yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, sebaiknya menyiapkan dana darurat lebih besar. Untuk keluarga dengan 1 anak, minimal 9 x kebutuhan bulanan. Jika memiliki 2 anak, minimal 12 x kebutuhan bulanan.
Harap diingat. Kebutuhan bulanan ini termasuk juga cicilan kredit seperti KPR atau kendaraan. Meskipun, dalam kondisi tertentu, kita bisa mengajukan restrukturisasi kredit ke bank, misalnya dengan memperkecil pembayaran cicilan atau meminta perpanjangan tenor/jangka waktu kredit.
BACA JUGA:
- Alasan Kamu Perlu Menunda Kehamilan di Masa Pandemi Corona
- Karena Pandemi Corona, Ada 420 Ribu Kehamilan Tak Direncanakan di Indonesia
- Tips Menata Ulang Cicilan Kredit Saat Pandemi Corona Makin Lama
Dana darurat ini sangat penting. Sebab, jika sampai kita di-PHK atau tidak ada lagi project yang jalan, maka setidaknya masih punya dana untuk mencukupi kebutuhan 6 – 12 bulan ke depan. Harapannya, di periode itu, kita bisa mendapatkan pekerjaan di tempat lain atau project sudah kembali jalan.
Waktunya Mulai Usaha Baru
Sejak pandemi akibat covid-19 merebak mulai Maret lalu, bermunculan banyak sekali wirausahawan. Diantaranya bisa jadi kamu, keluargamu, dan teman-temanmu. Ada yang berjualan kurma online, masker/hand sanitizer online, jamu online, makanan online, jus buah online, atau jual kebutuhan sehari-hari di grup-grup WhatsApp. Omzetnya pun ada yang sampai belasan atau puluhan juta rupiah per bulan.
Bagaimana jika tidak punya modal? Jangan khawatir. Saat ini ada banyak sekali penjual yang mencari reseller untuk membantu jualan. Cari saja informasinya di Instagram atau Facebook. Jadi, jika kamu memiliki banyak relasi, atau teman di Facebook/Instagram, kamu bisa pelajari cara menjadi reseller dan memulainya.
Intinya, prinsip pengelolaan keuangan pribadi/keluarga adalah harus memiliki arus kas bersih yang positif atau surplus. Caranya hanya ada 2, tambah penghasilan dan hemat belanja. Bagaimana caranya? Pertama, memperbesar pemasukan, misalnya dengan kerja sampingan. Kedua, mengurangi pengeluaran. Caranya, prioritaskan belanja pada kebutuhan utama.
Ada 3 kategori belanja, yakni butuh, penting, dan ingin. Belanja kebutuhan adalah belanja barang dibutuhkan karena memang kita perlukan untuk hidup. Belanja kategori penting adalah produk yang keberadaannya bisa membuat hidup kita lebih baik. Sedangkan keinginan adalah barang untuk pemenuhan gaya hidup sehingga bisa kita tunda dulu pembeliannya. Prioritaskan kebutuhan terlebih dahulu ketika belanja, dengan melihat alokasi dana, kita bisa memilih barang penting, baru memenuhi keinginan untuk gaya hidup.