Cek menstruasi anak (gambar dari pixabay.com)

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi masih sering dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat. Padahal, ilmu kesehatan reproduksi itu tidak melulu soal hubungan seks. Ada banyak hal lain yang sangat penting diketahui oleh orang tua maupun anak, misalnya tentang menstruasi anak.

Ketika ada anak perempuan usia 14 tahun tapi belum menstruasi, banyak orang tua yang tidak menyadari karena menganggap pembicaraan soal menstruasi adalah hal tabu. Demikian juga si anak, mungkin tidak mau cerita ke orang tua karena merasa malu atau merasa tabu untuk bercerita.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) mengakui, edukasi seksual memang sering terhambat oleh stigma di masyarakat yang menganggap semua hal yang berkaitan dengan seksual adalah hal yang tabu dibicarakan dengan anak.

“Padahal, pengetahuan tentang edukasi seksual dari sisi kesehatan reproduksi itu sangat penting diketahui oleh orang tua dan anak,” kata dr. Hasto dalam Webinar bersama Genre Indonesia Sabtu kemarin (27/6).

Akibatnya, kata dr. Hasto, kondisi anak yang terlambat menstruasi itu sering dibiarkan saja karena baik orang tua dan anaknya tidak paham tentang ilmu kesehatan reproduksi. Padahal, ada pengetahuan praktis dan sederhana yang bisa dipraktikkan oleh orang tua atau anak.

Apakah Rambut Ketiak dan Payudara Sudah Tumbuh?

Misalnya, jika anak perempuan belum menstruasi di usia 14 tahun, maka ibu, kakak perempuan, atau anak itu sendiri bisa memeriksa bagian ketiak dan payudara. Jika di bagian ketiak sudah muncul bulu-bulu halus dan payudaranya sudah mulai tumbuh atau terbentuk, maka tenang saja karena kemungkinan secara hormonal tidak terdapat masalah.

“Tunggu sampai umur 16 tahun. Jika sampai 16 tahun belum juga menstruasi, maka harus segera periksa ke dokter untuk dicek kromosomnya,” terang dr. Hasto. Pemeriksaan biasanya juga akan meliputi riwayat menstruasi anggota keluarga, berat badan, atau apakah ada aktivitas fisik yang berat seperti latihan seorang atlet.

Tapi, jika pada usia 14 tahun tersebut bulu ketiak dan payudara belum tumbuh, maka harus diperiksakan ke dokter agar dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Makin cepat pemeriksaan dilakukan, makin besar peluang pengobatan jika terjadi gangguan pada perkembangan reproduksi anak.

BACA JUGA:

Tingkat Infertilitas Tinggi

Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bisa berdampak pada kesuburan pasangan saat nanti sudah menikah. Satu hal yang penting diketahui, angka infertilitas atau subfertilitas di Indonesia termasuk tinggi, sampai 25 persen. Ini artinya, dari 4  pasangan usia subur, 1 diantaranya mengalami gangguan kesuburan  atau sulit hamil.

Memang, harus dipahami bahwa gangguan kesuburan bisa terjadi baik pada suami atau istri. Jadi, ketika pasangan yang sudah menikah selama 2 tahun dan aktif melakukan hubungan seksual tapi belum hamil, maka harus dilakukan pemeriksaan terhadap suami dan istri.

Tetapi, jika pemahaman tentang kesehatan reproduksi sudah diketahui oleh orang tua atau anak perempuan sejak remaja, maka potensi-potensi gangguan kesuburan pada saat nanti sudah menikah, bisa diantisipasi dan diobati sejak awal.

“Inilah pentingnya edukasi seksual bagi orang tua maupun anak. Mindset atau pola pikirnya adalah menanamkan pengetahuan, sehingga jika ada gangguan-gangguan kesehatan reproduksi bisa ditangani sejak dini,” jelas dr. Hasto.

Nah, jika kamu punya pertanyaan seputar kesehatan reproduksi seperti menstruasi dan lainnya, yuk tanyakan langsung ke ahlinya. Klik kanal TANYA JAWAB di bagian kanan atas dan tulis pertanyaanmu, tim ahli Siapnikah.org akan menjawab dengan lugas dan tuntas.

Jangan lupa, follow akun Instagram @siapnikah_official dan like akun Facebook @siapnikah.org supaya kamu bisa selalu dapat update informasi penting dan bermanfaat seputar edukasi seksual, persiapan pernikahan, tips keuangan keluarga, dan tips parenting.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Komentar