Urusan mandi, tak jarang menjadi pemicu “perang dunia” di rumah. Anak-anak biasanya suka bermain air, tapi kalau diminta mandi, seringkali malah mangkir. Padahal dari kebiasaan sehari-hari ini kita bisa mengarahkan pendidikan leadership anak.
Orang tua pun sering dibuat gemas dan geregetan saat menghadapi anak susah mandi. Tenang, itu wajar. Kunci utamanya harus sabar. Berteriak dan memarahi anak bukan solusi.
Yang pertama harus dilakukan adalah mencari tahu sebab anak susah mandi. Bagi anak balita, terkadang mereka tidak mau mandi karena takut. Misalnya, takut air dingin, atau takut matanya perih saat terkena sampo atau sabun.
Tanyakan hal itu pada anak. Jika anak takut air dingin, tambahkan air hangat. Jika anak takut matanya perih, gunakan sampo atau sabun yang tidak perih di mata.
Anak balita belum memiliki kemampuan komunikasi layaknya orang dewasa, jadi perlu ditanya agar bisa mengungkapkan ketakutannya.
Bagaimana jika anak susah mandi karena masih asyik bermain-main? Nah, di sinilah saatnya orang tua melatih pengembangan jiwa kepemimpinan (leadership). Memangnya, ada hubungan antara susah mandi dan membangun karakter leadership dalam diri anak? Ada.
Dalam berbagai teori tentang ilmu kepemimpinan, ada beragam karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Diantaranya:
Berpikir Kritis
Orang tua harus paham, pada dasarnya, anak melakukan apa yang mereka mau lakukan, bukan apa yang diperintah dan dilarang. Misalnya, ketika anak akhirnya mau mandi karena takut setelah dimarahi, hal itu akan kontraproduktif bagi perkembangan otaknya.
Anak akan menjadi sosok seperti robot yang hanya mengikuti perintah tanpa tahu apa maksud dari perintah tersebut. Jika itu berlangsung lama, maka anak akan kehilangan kemampuan berpikir kritis. Istilah kerennya Critical Thinking.
Karena itu, yang harus dilakukan adalah memberi pemahaman kepada anak. Kenapa kita perlu mandi? Kalau kita tidak mandi, apa yang akan terjadi? Pertanyaan itu penting untuk membangun kemampuan berpikir kritis dalam diri anak.
Terangkan kepada anak bahwa di sekitar kita ada banyak sekali kuman atau bakteri yang bisa menempel di kulit, juga di gigi. Karena itu, kita perlu mandi dengan sabun dan gosok gigi agar kuman atau bakteri bisa dibersihkan, agar kita tidak terserang penyakit.
Supaya anak lebih paham, kita bisa searching di Youtube dengan kata kunci “edukasi kuman”, “edukasi cuci tangan”, “edukasi gosok gigi”, dan sebagainya. Tinggal pilih video yang menarik dan tonton bersama anak.
Visualisasi penting karena kemampuan anak berpikir abstrak masih belum kuat. Sulit bagi anak membayangkan adanya bakteri atau kuman di sekitar kita karena tidak terlihat mata. Karena itu, melalui video, anak bisa melihat visualisasi bentuk kuman dan paham kenapa harus mandi.
Mengambil Keputusan
Istilah bekennya, Decision Making. Kemampuan mengambil keputusan ini sangat penting. Kita sering mendengar kritikan ketika seseorang dinilai lambat mengambil keputusan. Ternyata, Decision Making bisa dilatih sejak usia dini.
Ketika anak susah mandi karena masih sibuk bermain, tidak tepat jika orang tua menyuruh dengan bahasa memerintah. “Sudah sore, jangan main terus, ayo mandi sana!”
Karena itu, lebih baik jika kita memberikan pilihan kepada anak. Misalnya, “Adik, sudah sore, mau mandi sekarang atau 10 menit lagi?”
Dengan begitu, anak tidak merasa diperintah, tetapi diberi kesempatan untuk belajar memilih dan mengambil keputusan sendiri. Anak juga akan belajar untuk tidak memaksakan kehendak, karena dia sudah terbiasa menerima opsi pilihan.
Tips lainnya, anak bisa disuruh memilih baju favoritnya. Misalnya, “Adik, sudah sore, mau mandi sekarang atau 10 menit lagi? Nanti selesai mandi mau pakai baju gambar Nusa Rara atau Spiderman?”
Ketika anak memilih baju favoritnya, maka otak anak bisa membayangkan baju tersebut. Sehingga, pilihannya bukan lagi mandi atau tidak. Melainkan, sesudah mandi, aku pakai baju favoritku.
Tips ini bisa diterapkan dalam banyak hal, tidak hanya untuk urusan mandi. Misalnya, agar anak memilih sayuran atau buah favoritnya, dan lain sebagainya.
Hal-hal simpel semacam ini kadang terlupa oleh orang tua. Tanpa anak memahami kenapa dia harus mandi, bisa saja anak terpaksa masuk kamar mandi, lalu terdengar byur byur sebentar, kemudian selesai tanpa memakai sabun dan gosok gigi.
Anak hanya mandi karena takut dimarahi, bukan karena anak tahu pentingnya mandi untuk membersihkan tubuh dari kuman dan bakteri.
Dari sini, kita bisa mengetahui bahwa mendidik anak butuh ilmu dan persiapan. Padahal, mendidik anak itu hanya satu dari sekian banyak kesiapan yang harus dimiliki seseorang sebelum menikah dan membangun keluarga. Ada kesiapan usia, fisik, emosional, finansial, dan lain sebagainya.
Untuk mengetahui kesiapan apa saja yang dibutuhkan sebelum kamu memasuki jenjang pernikahan, baca artikel berikut ini: Ingin Menikah? Yuk Cek Kesiapanmu
Selain informasi leadership anak ini, baca juga artikel-artikel bermanfaat lainnya tentang keluarga dan pengasuhan anak di website ini. Yuk, share ke teman-temanmu agar makin banyak yang tahu. (*)