Rina (34) mengeluh, anaknya yang bernama Rafi (7) kerap uring-uringan belakangan ini. Sejak sekolah diliburkan dan diganti belajar dari rumah, anaknya yang masih kelas 1 SD kerap rewel.
Rafi merasa tak punya teman. Sepanjang hari yang dijumpai hanya ayah dan ibunya. Sesekali, Rafi merasa terhibur karena bisa melihat konten-konten di YouTube. Namun tak lama setelah itu, dia kembali mengeluh: bosan.
Puncaknya, si Rafi memaksa ingin keluar rumah. Dia ingin merasakan suasana di luar sana. Dia pun ingin jalan-jalan ke berbagai tempat: mal, dan tempat rekreasi. Namun tempat-tempat itu sekarang masih tutup.
Sebagai alternatif, Rina bersama suaminya, Andri mengajak si Rafi jalan-jalan naik mobil. Berkeliling ke sejumlah ruas jalan di kotanya. Melihat suasana di luar rumah yang ternyata juga tak banyak aktifitas.
Apa yang dialami Rina, Andri, dan anaknya Rafi, mungkin juga dialami oleh keluarga lain di Indonesia. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah mewajibkan warga yang ada untuk beraktifitas di rumah.
Demikian juga para siswa. Sejak Maret kemarin, para siswa mulai belajar dari rumah. Pelajaran dikirimkan melalui WhatsApp dan terkadang pertemuan tatap muka dilakukan melalui Zoom. Semua beriteraksi melalui gadget.
Meski memiliki gadget dan bisa menemukan berbagai permainan di ponsel, namun kondisi ini membuat anak-anak tetap merasa bosan. Terbatasnya interaksi membuat mereka merasa tak nyaman karena hanya itu-itu saja yang dijumpai: ayah, ibu, kakak atau adik.
Bahkan mereka merasa stres dan tertekan. Dalam jangka waktu tertentu, kondisi ini dianggap bisa mengganggu kesehatan mental anak-anak.
Mengutip Kompas.com, Dr Renvil Reynaldi SpKJ (K) Psikiater Anak dan Remaja, menyatakan orangtua harus tanggap dengan kondisi seperti ini. Bagaimanapun, orangtua harus turut serta menjaga kesehatan mental anak dengan menanamkan empati kepada mereka.
“Jadi penting sekali, kita harus memahami dan mampu berempati dengan mereka,” ujar Renvil dalam Obrolan Kesehatan Jiwa Live Instagram dengan tema “Tips Atasi Masalah Kesehatan Jiwa Anak di Masa Home Learning” di Instagram @pdskji_indonesia, Senin (13/4/2020).
Dalam kondisi seperti saat ini, orangtua pintar-pintar melihat kondisi anak. Jangan sampai anak bosan dan tertekan.
Diolah dari sejumlah referensi, beberapa hal yang perlu dilakukan orangtua agar mood anak tetap terjaga di masa School From Home ini di antaranya:
- Dengarkan Keluhan Anak
Coba cari tahu apa yang dirasakan anak melalui cerita yang disampaikannya. Dan, orangtua harus bersabar saat mendengarkan cerita sang anak.
Anak akan merasa dihargai jika orangtua mau bersabar untuk mendengarkan dan menanggapi keluhan anak-anak.
- Cari Suasana yang Berbeda
Seperti yang dilakukan Rina dan Andri, mengajak anak untuk berkeliling menggunakan kendaraan bisa menjadi alternatif untuk menghilangkan kebosanan. Namun, jika kondisi itu tak memungkinkan, coba cari cara lain, misalnya berkeliling di kompleks atau perkampungan sekitar rumah. Hal ini dinilai efektif untuk menghilangkan kebosanan anak.
Namun harus diingat, harus menjaga diri agar orangtua dan anak selalu terjaga. Gunakan masker saat berkeliling, serta jangan lupa untuk mencuci tangan dengan sabun setelah sampai di rumah.
Melakukan hobi berbeda-besa yang disukai anak-anak juga bisa memberikan suasana berbeda. Misalnya, memasak, mewarnai, membaca, lakukanlah secara bergantian.
- Ajak Berolahraga Rutin
Badan yang bugas turut berpengaruh kepada pikiran. Usahakan selama School From Home, anak-anak rutin berolahraga. Setidaknya gerakan badan meliputi stretching dan workout selama skeitar 20 menit.
Panduan olah raga, bisa diperoleh di YouTube. Di sana ada banyak expert yang rutin mengunggah konten-konten terkait olahraga yang bisa dipraktikkan di rumah.
- Bersih-Bersih Ringan di Rumah
Ajak anak-anak untuk ikut bersih-bersih di rumah. Hal itu akan membuat badan mereka bergerak. Tak harus membersihkan semua rumah, yang penting membuat anak-anak merasa bisa melihat hasil pekerjaan mereka. Hal itu akan memunculkan kepuasan pada diri anak.
- Berkebun secara sederhana
Manfaatkan space yang ada di rumah untuk berkebun. Tanaman yang bisa ditanam pun juga bisa bermacam-macam. Mulai tanaman hias, sayur, hingga tanaman produktif.
Selain itu, ajak anak-anak untuk mencatat perkembangan tanaman dari hari ke hari. Hal ini sekaligus bisa membantu mereka belajar tentang pertumbuhan tanaman.