Megatur Jarak Kelahiran

Pasangan yang sudah menikah saat ini sudah memiliki kesadaran untuk melakukan kontrasepsi untuk progam keluarga berencana (KB). Tapi tak banyak yang tahu bahwa KB bukan cuma soal kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, tetapi juga mengatur jarak kelahiran anak.

Alat kontrasepsi hadir sebagai salah satu cara untuk membantumu menyukseskan perencanaan masa depan.  Jadi, yang harus kamu ingat adalah pakai alat kontrasepsi itu untuk mengatur jarak kehamilan, bukan berarti melarang hamil lagi. Tapi, merencanakan masa depan yang ideal bersama dengan pasangan. Ketika sudah siap untuk hamil lagi, kamu tinggal datang ke fasilitas kesehatan, lepaskan alat kontrasepsi, lalu program hamil lagi.

Idealnya, jarak kehamilan minimal adalah 2 tahun dari waktu melahirkan sebelumnya. Dengan jarak ini maka ibu memiliki kesempatan jeda melahirkan selama 3 tahun.

Kenapa sih jarak kehamilan harus minimal 2 tahun? Bukankah itu menentang pepatah lama yang menyebut banyak anak banyak rejeki? Agama juga menyebut banyak anak berarti banyak yang bisa mendoakan orangtua?

Mengapa menjaga jarak kelahiran itu penting? Karena jarak kelahiran berhubungan pada kesehatan ibu, anak, dan ekonomi keluarga yang menjadi tanggung jawab ayah. Ini penjelasannya.

1. Menjaga Kesehatan Ibu

Jarak kehamilan yang terlalu dekat juga memicu risiko bagi ibu. Sebab, setelah melahirkan, rahim perlu waktu untuk bersiap sebelum menjalani kehamilan berikutnya. Sebaiknya, jarak minimal kehamilan adalah 30 bulan atau 2,5 tahun. Selain persiapan rahim, juga agar ibu punya kesempatan untuk menyusui bayi selama 2 tahun.
Jarak kehamilan terlalu dekat bisa meningkatkan risiko kehamilan bahkan menyebabkan kematian pada ibu dan janin.

Risiko yang membayangi ibu hamil adalah plasenta abrupsi. Plasenta abrupsi adalah kondisi terlepasnya plasenta dari rahim sebelum janin dilahirkan, dan kondisi ini dapat menyebabkan kematian janin. Kenapa demikian? karena plasenta itu ada organ yang menyediakan makanan bagi janin ketika masih di dalam rahim.

Risiko lainya yaitu menempelnya plasenta menutupi sebagian atau seluruh serviks, dalam istilah medisnya disebut plasenta previa, apakah berbahaya? ya bisa jadi sangat berbahaya, jika si ibu mengalami pendarahan di usia kehamilan tua patut diwaspadai, mungkin ini adalah plasenta previa.
Ibu juga perlu waktu untuk menyiapkan kondisi psikologis yang mengalami trauma pasca melahirkan karena rasa sakit saat melahirkan atau saat dijahit. Karena itu, butuh waktu untuk membuat wanita siap hamil lagi dan melahirkan.
Dengan kehamilan yang terencanakan, ibu tidak merasa stress karena bisa mengasuh anak dengan tenang dan fokus. Bayangkan jika anak pertama masih di bawah 2 tahun, kemudian ibu hamil kembali. Ibu harus mendampingi tumbuh kembang anak ditambah mempersiapkan kelahiran anak kedua. Tentu ibu akan mudah lelah dan stress.
Minimnya stress membuat ibu bisa menyusi dengan lancar. Karena dari segi agama, khususnya agama Islam, anjuran menyusui (ASI) anak pun jelas diperintahkan dalam Al Quran. “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna…..” (Qs. Al-Baqarah: 233).

Dengan menjaga jarak kelahiran, seorang ibu punya kesempatan untuk menyusui anaknya secara ekslusif sampai dengan dua tahun dan punya waktu untuk memberikan perhatian dan nutrisi pada anak di masa golden age-nya.

BACA JUGA:

2. Memaksimalkan Tumbuh Kembang Anak

Orangtua mesti mengatur dan memberikan jarak tiga tahun atau menunggu sampai anak berusia 24 bulan (2 tahun) untuk kemudian merencanakan kehamilan selanjutnya. “Saya suka bercanda, kan setelah anak berusia 24 bulan bisa bicara papa mama. Ketika anak sudah bisa memanggil papa, bolehlah papanya memanggil-manggil mama untuk merencanakan hamil lagi. Dari kehamilan sekarang dengan yang akan datang ada yang namanya birth to birth interval, jadi minimal tiga tahun,” ujar Kepala BKKBN DR. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dalam webinar Invest ASI Indonesia beberapa waktu lalu.

Memberikan jarak usia antar satu anak dengan anak selanjutnya juga bisa mencegah terjadinya stunting. Itu terjadi karena orangtua bisa fokus memberikan kasih sayang dan memberi nutrisi terbaik kepada anak hingga dua tahun.

Karena itu, BKKBN memberikan dukungan penuh untuk penyuluhan tentang pentingnya ASI esklusif dan MPASI yang benar. “Breast feeding, spasing, stunting, 3-ing ini berkaitan erat. Saat memberikan ASI, terjadi ketidaksuburan. Ini luar biasa bahwa untuk kontrasepsi bisa dengan ASI supaya bisa memberi jarak kelahiran atau spasing. Autisme juga sangat erat hubungannya dengan ASI dan jarak kehamilan. Ketika jarak melahirkan bagus, minimal 3 tahun, tidak ada kekurangan nutrisi, sehingga tidak stunting,” kata Hasto.

Stunting sendiri merupakan keadaan kekurangan gizi kronis yang menyebabkan gagal tumbuh pada anak baik secara fisik dan kognitif (kemampuan berpikir anak). Anak stunting bisa ditandai dengan tumbuh lebih pendek dari anak-anak sebayanya. Anak stunting sendiri bisa terjadi karena anak kurang mendapat asupan gizi seimbang termasuk ASI atau Air Susu Ibu.

Ibu baru harus paham ASI berperan dalam mengelola jarak kehamilan untuk mencegah stunting, dari sejak hamil. “Saya sering membantu persalinan, ibu yang melahirkan belum tahu pentingnya ASI. Juga bagaimana menyusui dengan adil kiri kanan supaya tidak bengkak dan sakit. Ini tugas kita untuk memberi pendampingan,” jelasnya.

Dengan pemahaman yang baik, ibu akan berfikir ulang jika tidak memberikan jarak untuk kehamilan berikutnya. “Sungguh sangat disayangkan jika ibu tidak bisa memberikan ASI. Karena di dalam ASI terdapat 5 hormon pertumbuhan yang tidak bisa didapatkan dari susu formula apapun,” katanya.

3. Menjaga Keseimbangan Ekonomi Keluarga

Selain risiko kesehatan bagi ibu dan anak, kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat juga memunculkan permasalahan finansial baru bagi keluarga. Beban kehamilan yang baru dan tidak direncanakan akan menambah biaya pengelolaan keuangan. Karena itu, memberi jarak kelahiran adalah sebuah keharusan.
Secara kasat mata, pemeriksaan kesehatan ibu hamil dan kebutuhan nutrisi ibu hamil langsung menambah beban keuangan keluarga. Biaya ini akan meningkat jika kehamilan ibu bermasalah.

Sedangkan kita tahu, kehamilan jarak dekat mengandung resiko lebih besar dibanding kehamilan sebelumnya.
Selain biaya kontrol ke dokter dan biaya persalinan, kebutuhan perlengkapan bayi dan sebagainya juga perlu dipersiapkan kembali. Padahal setelah persalinan awal, biasanya tabungan akan berkurang drastis. Jarak kehamilan yang terlalu dekat tidak memberikan cukup waktu untuk mengisi kembali tabungan. Salah-salah, anggaran darurat akan terpakai juga.

Untuk ibu bekerja, jarak kehamilan yang dekat biasanya akan memunculkan kebimbangan apakah akan tetap bekerja atau justru berhenti bekerja. Tak sedikit wanita yang kesulitan bekerja secara full time ketika hadir anak kedua atau ketiga.

Bila tetap bekerja, konsekuensinya adalah kita harus mencari pengasuh bayi yang cocok. Ini tentu membutuhkan biaya lebih banyak untuk anggaran keuangan keluarga. Karena itu, rencanakan kehamilan dengan mengatur kontrasepsi. Setelah melahirkan, diskusikan rencana mengatur jarak kelahiran anak dengan pasangan, alat kontrasepsi yang paling cocok untukmu dan pasangan. Dari mulai kondom, pil KB, KB spiral, KB suntik, dan sebagainya, ada banyak pilihan yang bisa kamu pertimbangkan.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Komentar