Setelah menikah, suami istri tentu memiliki cita-cita bersama yang ingin diraih. Untuk menggapai cita-cita tersebut dibutuhkan persiapan finansial sehingga terbentuklah perencanaan finansial keluarga. Idealnya, kejujuran kemampuan finansial sudah dibicarakan ketika merencakanan pernikahan.
Mengapa sudah harus jujur finansial padahal belum menikah? Agar ada rasa nyaman setelah menikah, tidak ada rasa kecewa atau merasa dibohongi secara finansial. Kejujuran ini bisa dimulai ketika membahas biaya untuk resepsi pernikahan.
Ketika kamu dan calon pasangan sudah serius dan tinggal selangkah lagi menuju pernikahan, sebaiknya memang membiasakan diri bicara terbuka agar mendukung kelancaran komunikasi. Kamu bisa mengajak calon pasangan berdiskusi dengan enak, tanpa prasangka berlebihan, misalnya dengan mulai membagi mimpi-mimpi kamu kelak bila menikah.
“Misalnya, kalian berdua ingin tinggal di rumah seperti apa, ingin liburan bersama kemana. Dari obrolan-obrolan seperti itu kamu bisa sedikit demi sedikit mengorek tentang profil finansialnya. Tidak perlu khawatir dianggap materialistis. Karena hubungan pernikahan yang sehat harus diawali dengan komunikasi yang terbuka termasuk saat berbicara tentang uang,” kata Ruisa Khoiriyah, CFP, tim ahli finansial keluarga Siapnikah.org.
Tidak adanya keterbukaan tentang keuangan di antara pasangan akan berdampak negatif setelah menikah. Jadi, lebih terbuka lebih baik sejak awal supaya komunikasi di rumah tangga kelak menjadi lebih mudah.
“Keterbukaan ini penting supaya bisa menghindari “kejutan-kejutan” yang tidak diinginkan terkait keuangan. Misalnya, bila ternyata pasangan menanggung banyak utang, dan sebagainya,” imbuh Ruisa.
Perencanaan Keuangan Keluarga
Ketika di awal menikah, ada banyak hal yang perlu disiapkan untuk menjadi pondasi finansial keluarga yang baik. Mulailah dari menabung dana darurat keluarga atau emergency fund. Dana darurat ini penting untuk membantu keluarga menghadapi kebutuhan-kebutuhan mendadak yang membutuhkan dana tunai segera.
Dengan begitu, keluarga tidak mudah terjatuh dalam utang saat membutuhkan dana tunai.
Untuk keluarga yang belum memiliki anak, besar dana darurat yang idealnya dimiliki adalah 3-6 kali nilai pengeluaran bulanan. Jadi, bila per bulan pengeluaran keluarga mencapai Rp 5 juta, maka yang dana darurat yang ideal minimal sebesar Rp 15 juta hingga Rp 30 juta.
Untuk mengumpulkannya, kamu cukup menyisihkan secara rutin sedikitnya 10% dari penghasilan bulanan sebagai tabungan dana darurat. Setelah dana darurat sudah terkumpul minimal sebesar 30% dari nilai ideal, kamu bisa melanjutkan rencana keuangan seperti menabung kebutuhan dana pembelian rumah bila belum memiliki rumah.
Yang disiapkan adalah jumlah kebutuhan uang muka KPR apabila hendak membeli rumah dengan cara kredit di bank. Rencana keuangan lain juga bisa segera dimulai seperti kebutuhan dana persiapan kelahiran anak, juga kebutuhan dana sekolah anak.
BACA JUGA:
- Haruskah Mencari Pasangan yang Siap Finansial untuk Menikah?
- Tips Pengaturan Finansial Keluarga untuk Pasangan Muda
- 5 Hal yang Wajib Diketahui Pengantin Baru
Memulai Usaha Bersama
Banyak pasangan yang memulai usaha bersama setelah menikah. Tentu ini sangat baik untuk dilakukan. Medukung suami dalam mencari nafkah adalah cara positif untuk mewujudkan impian rumah tangga bersama.
Tapi bagaimanapun suami bertindak sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama. Cobalah untuk mencari cara bicara yang enak supaya tidak sampai mengusik egonya. Saat ini ada banyak usaha modal kecil yang bisa dirintis secara online. Mulai dari usaha makanan ringan, katering, sampai dropshipper online bisa mendukung perencanaan finansial keluarga setelah menikah.