Kesadaran untuk mengumpulkan dana darurat sebaiknya dilakukan secepatnya berapa pun jumlahnya. Pasalnya keberadaan dana darurat sangatlah penting ketika kamu menghadapi masa krisis finansial.
Dana darurat merupakan uang simpanan yang sengaja dipersiapkan untuk mengantisipasi adanya pengeluaran mendadak yang akan membebani pengeluaran. Dana darurat bisa memperkokoh keamanan finansial.
Dana darurat juga bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rutin di kala krisis finansial, misalnya kehilangan pekerjaan akibat terkena PHK akibat dampak pandemi.
Jadi saat kehilangan sumber pemasukan akibat tidak bekerja lagi, dana darurat bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setidaknya dimanfaatkan untuk biaya hidup kita sebelum mendapatkan pekerjaan yang baru.
Dana darurat sebaiknya harus bisa diambil atau digunakan secepatnya. Oleh karena itu, aset yang dijadikan rujukan sebaiknya berbentuk uang tunai atau simpanan yang bersifat likuid seperti emas murni.
Setiap individu memiliki dana darurat untuk tujuan dan persiapan yang berbeda-beda. Jadi sebenarnya tidak ada takaran tetap untuk menentukan jumlah dana darurat yang ideal. Sebagai gambaran, bagi kamu yang sudah memiliki rumah, tentu kamu mempertimbangkan pengaman finansial andai mengalami kebocoran atap.
Lain halnya bagi yang sudah memiliki mobil atau motor akan membutuhkan simpanan dana darurat sebagai dana talangan untuk membiayai perbaikan kerusakan atau servis mobil dadakan akibat mogok di tengah perjalanan.
Namun, sebagian besar orang menargetkan dana darurat untuk mengantisipasi andai kehilangan pekerjaan. Mereka memanfaatkan dana darurat untuk membiayai hidupnya beberapa bulan ke depan selama mencari pekerjaan baru.
Untuk memudahkan dalam mencari tahu berapa dana darurat ideal yang perlu dipersiapkan, ada beberapa faktor penentu. Faktor itu yakni berapa pengeluaran produktif harianmu? Berapa pengeluaran konsumtif atau gaya hidupmu? Berapa cicilan bulananmu? Bagaimana kondisi keuanganmu saat keadaan sedang baik?
Keempat faktor di atas dianggap sebagai kontributor utama pengeluaran di keseharianmu. Jadi misalnya kamu mengalami musibah kehilangan penghasilan tetap, kamu bisa menggunakan simpanan dana darurat untuk membiayai pengeluaran rutinmu itu.
Untuk menentukan besaran dana darurat bukan menggunakan takaran gaji sebagai patokan, melainkan berapa rata-rata pengeluaran tetapmu per bulan. Sebagian besar pakar keuangan menyarankan jumlah dana darurat yang wajib dimiliki berada di kisaran 3-6 kali total pengeluaran rutin bulanan.
Seseorang yang masih hidup sendiri atau lajang, bisa saja cukup dengan jaminan untuk pengeluaran tiga bulan ke depan. Namun, bagi yang sudah berkeluarga mungkin akan merasa lebih aman jika sudah terjamin sebanyak enam kali pengeluaran bulanan.
Sebagai awalan, kamu bisa mulai menyisihkan gaji bersihmu sebesar 2% untuk dialokasikan sebagai dana darurat. Kemudian, pada bulan-bulan berikutnya kamu bisa tingkatkan lagi menjadi 3%, 4%, dan seterusnya hingga pada angka maksimal kemampuanmu.
Tidak apa kalau jumlah yang kamu sisihkan terkesan kecil. Bahkan jumlah yang sekecil-kecilnya dapat meringankan beban pengeluaranmu di kala darurat dibandingkan tidak ada sama sekali. Jika kamu bisa mencapainya lebih cepat, maka lebih baik. Namun, perlahan-lahan pun tidak masalah karena jika kamu memaksakan alokasi yang terlalu besar, justru akan membebani anggaranmu.
Setelah jumlah yang kamu targetkan tercapai, tidak perlu menyisihkan dana darurat lagi. Dana yang ada bisa dialokasikan untuk kebutuhan simpanan yang lain.
Tidak terlambat untuk mulai menabung dana darurat, apalagi sebenarnya tidak ada cara atau rumus khusus yang terlalu rumit untuk menghitung alokasi dana darurat bulananmu, baik untuk kebutuhan keuangan pribadi maupun keluarga. Tentukan berapa jumlah uang yang kamu ingin alokasikan dari gaji ke dalam simpanan dana darurat pribadi. Misalnya rata-rata pengeluaran bulananmu adalah Rp2 juta, jadi jika kamu ingin menentukan dana darurat sebesar tiga bulan pengeluaran, berarti kamu menargetkan Rp6 juta sebagai total dana darurat.
Tentukan berapa persen alokasi bulananmu. Sebagai awalan, jadikan 3% dari gaji bersihmu. Misalnya gaji bersihmu Rp5 juta, maka kamu harus mengalokasikan Rp150.000. Dengan alokasi Rp150.000 per bulan, berarti kamu butuh waktu sekitar 40 bulan atau tiga tahunan.
Jangan cemas, target di sini bukan sesuatu yang urgen, tapi lebih kepada waktu yang ideal untuk mengumpulkan dana darurat. Ingat asumsi memiliki dana darurat adalah untuk meringankan beban keuangan dan bukan justru memberatkan.
Selanjutnya, cara menyimpan dana darurat yang tepat adalah dengan menyiapkan sebuah rekening bank yang khusus digunakan sebagai wadah simpanan dana darurat. Soal ini, perusahaan bank pada umumnya sudah memiliki fitur transfer uang secara otomatis tiap bulan ke rekening bank pilihan nasabahnya. Kamu bisa memanfaatkan layanan ini untuk mengirim uang ke rekening dana darurat dengan mudah.
Jika kamu memiliki pekerjaan sampingan atau usaha rumahan yang berkontribusi kepada pemasukan rutin, kamu bisa alokasikan juga sebagiannya dengan jumlah yang sama dari alokasi gajimu. Hal ini untuk mempercepat pencapaian target dana darurat.
Ketika simpanan dana darurat sudah mencukupi, sebagian pakar keuangan menyarankan untuk membuat rekening dana darurat kedua. Rekening kedua ini khusus untuk digunakan sebagai dana antisipasi atas risiko musibah yang tidak terhindarkan, misalnya servis rutin kendaraan, membeli pakaian baru, biaya medical check up, atau untuk berlibur. Ibaratnya suatu dana darurat lapis kedua untuk semakin menguatkan keuangan keluarga.
Keunggulan ini akan membantu terhindar dari keterpaksaan memilih jalan yang justru berisiko membebani keuangan dalam jangka panjang. Contohnya menggunakan kartu kredit, pinjaman KTA dari bank, pinjaman tunai online, atau mencairkan dana pensiun BPJS Ketenagakerjaan sehingga membahayakan jaminan keuangan di pensiun atau masa tua nanti.
Kebutuhan dana darurat setiap orang akan bervariasi sesuai jenis pengeluaran masing-masing. Ada yang masih single tanpa beban pengeluaran cicilan rumah dan ada juga yang sudah menikah dengan tanggungan satu anak dan cicilan rumah.
Idealnya, seseorang yang sudah berkeluarga membutuhkan simpanan dana darurat yang lebih besar. Sewajarnya dia butuh jaminan keuangan yang berlapis dikarenakan sudah memiliki tanggungan dan khawatir kehilangan rumah atau motor yang sudah dicicilnya selama ini.
Besarnya dana darurat untuk sebuah keluarga bukanlah sesuatu yang tidak wajar. Semakin banyak orang yang ditanggung akan berdampak kepada lebih tingginya dana darurat yang dibutuhkan.
Namun, saat sedang melalui masa-masa krisis finansial, ada baiknya untuk mengurangi pengeluaran tambahan yang sifatnya tidak mendesak. Dengan kata lain, lebih baik untuk mengurangi biaya dari gaya hidup yang berlebihan.
BACA JUGA: Tips Meningkatkan Dana Darurat di Masa Pandemi Corona
Dana darurat juga berbeda dengan dana tabungan. Perbedaannya terletak pada segi tujuan penggunaannya.
Jika kamu menyadari pentingnya mengantisipasi pengeluaran yang tidak terduga di masa mendatang, maka kamu membutuhkan pengelolaan dana darurat. Namun, jika kamu memiliki sebuah harapan pembelian suatu jasa/barang yang berharga di masa depan atau menginginkan keuangan yang sehat di masa tua, maka yang kamu butuhkan adalah pengelolaan dana tabungan.
Dana darurat digunakan untuk menanggung pengeluaran bulanan rutin atau wajib di masa-masa krisis keuangan atau saat kamu tidak memiliki pemasukan tetap. Tanpa adanya dana darurat, kamu akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena tidak adanya sumber pemasukan untuk sementara waktu.
Sedangkan, dana tabungan digunakan untuk membeli jasa atau barang yang sifatnya penting di masa-masa keuangan yang cenderung sedang stabil. Keputusan untuk berbelanja memakai dana tabungan bukanlah sesuatu yang selalu bersifat urgen.