Cara Mengukur Kamu Siap Nikah atau Belum

Tanda Siap Nikah (Foto oleh Miroslav Sárička dari FreeImages)

Table of Contents

Sudah bosan ditanya, kapan nikah? Mau menyerah saja menikah dengan siapapun yang ada? Stop! Jangan menikah hanya karena kebanyakan ditanya, kapan nikah? Cek dulu apakah kamu sudah siap nikah?

Karena menikah bukan lomba memenangkan siapa yang lebih dulu menikah, tapi ada tanggung jawab yang mengikutinya. Meskipun begitu, menikah juga tidak perlu terlalu dipikir rumit. Karena ada cinta dan kenyamanan yang tidak bisa didapatkan selain dari pasangan suami atau istri. Cepat atau lambat secara naluriah kamu akan membutuhkan kenyamanan tersebut.

Ada 5 tanda kamu dan calon pasangan sudah siap nikah, yaitu:

1. Siap Usia
Menurut Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1974 salah satu syarat menikah adalah mempelai berusia diatas 21 tahun. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Mengapa 21 tahun? Kalau kamu sudah berusia lebih dari 21 tahun, tubuhmu sudah berhenti tumbuh dan menjadi dewasa. Hormon dalam tubuh juga sudah stabil. Sehingga siap untuk bereproduksi.

Selain itu, kematangan emosi dan kemampuan bekerja sudah siap untuk menopang rumah tangga. Namun, sebenarnya tidak ada patokan usia ideal untuk menikah, masing-masing orang punya pertimbangan sendiri sebelum menikah. Coba cek tanda siap nikah berikutnya.

2. Siap Fisik
Kenali tubuhmu sendiri, kesehatan tubuh menjadi penting ketika menikah. Apakah kamu memiliki riwayat penyakit seperti darah rendah, darah tinggi, hepatitis, dan penyakit kelamin? Jika ada bukan berarti kamu belum siap nikah, namun kamu harus jujur dengan pasangan dan melakukan pengobatan dengan benar.

Menikah bukan hanya berarti siap melakukan hubungan seksual. Karena itu sehat jasmani penting supaya kamu siap bekerja menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Siap mandiri mengerjakan pekerjaan di dalam rumah seperti mengasuh anak, memasak, dan mencuci.

3. Siap Mental
Sudah pastilah harus sehat mental sebelum menikah. Karena menikah tidak selalu indah seperti masa pacaran. Kalu kamu mampu menjadi pendengar yang baik pada saat orang bercerita/curhat, berbicara jujur meskipun yang dibicarakan menyakitkan, siap menghadapi kekurangan pasangan yang tidak sesuai. Siap menjalani kehidupan keluarga yang tidak sesuai harapan berarti kamu sudah siap nikah.

Sehat mental akan memudahkan kita berdiskusi dengan pasangan untuk perencanaan keluarga. Tidak mudah marah atau berteriak jika kamu merasa kesal dengan beban pekerjaan. Tidak mudah tersinggung jika ada ucapan yang tidak berkenan di hati. Mampu menyelesaikan masalah secara cepat dan tepat. Mudah menyesuaikan dengan berbagai kondisi lingkungan dan pertemanan. Dapat bergaul dengan teman-teman pasangan. Berpartisipasi dalam kegiatan organisasi dan kemasyarakatan.

4. Siap Finansial
Siap finansial bukan berarti kamu harus memiliki banyak tabungan, meskipun jika memang memiliki banyak tabungan akan lebih baik. Siap finansial artinya, kamu sudah memiliki pendapatan tetap sehingga mandiri dalam hal keuangan. Jangan sampai sudah menikah kamu masih terus membebani orang tua atau anggota keluarga lain. Karena keluarga pasti akan mendukung dan memberi jika kamu kekurangan.

Namun, tidakkah kamu malu pada pasanganmu jika itu terjadi? Intinya, selama kamu sudah memiliki sumber pendapatan tetap, kamu sudah siap menikah. Pilihan untuk menunda sampai dengan kamu memiliki tabungan yang cukup kembali pada keputusanmu dan pasangan.

5. Siap Menjadi Orangtua
Memang tidak semua orang yang menikah ingin langsung memiliki anak. Namun, harus sudah siap menjadi orangtua karena itu adalah konsekuensi proses reproduksi. Kalau kamu mampu mengatur waktu dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui cara perawatan kesehatan reproduksi, mengetahui alat-alat kontrasepsi untuk pengaturan jarak kelahiran, mengetahui peran dan tanggung jawab sebagai istri atau suami artinya sudah siap.

Khusus untuk Pengantin Baru

Nah, setelah menikah kamu harus tahu ada perubahan-perubahan yang harus kamu ikuti. Setiap pengantin baru harus sadar bahwa tak ada pasangan yang sempurna. Tidak ada manusia yang tidak ada kelemahannya. Pasanganmu punya kelemahan, kamu pun juga.

Saat pacaran, bisa jadi pasangan berusaha menutup-nutupi kelemahan tersebut. Namun setelah menjadi suami istri tentu akan merasa nyaman sehingga tak perlu menutupi kelemahan masing-masing. Jujur dan terbuka justru bagus untuk menguatkan ikatan perkawinan.

Niat menikah untuk beribadah haruslah diasah setiap saat, ketika ada masalah atau gejolak rumah tangga, maka pasangan suami istri harus kembali pada niat awal menjalin pernikahan tersebut. Niat ini seyogyanya harus diasah dan selalu dijaga keutuhannya agar menjadi penguat satu sama lain.

Setelah niat menikah maka muncullah keinginan untuk saling memback-up satu dengan lainnya. Kelemahan pasangan bisa dijadikan ladang amal kita sebagai pasangan dengan cara menutupi kelemahan pasangan kita agar menjadi seimbang satu dengan lainnya.

Idealnya, sebelum menikah setiap pasangan sudah terbuka soal kemampuan finansial masing-masing. Berapa pendapatannya, berapa tanggungan dan pengeluaran setiap bulan, dan apakah ada beban cicilan atau pinjaman. Untuk mengetahuinya, bisa dibicarakan ketika membahas sumber dana untuk rencana resepsi pernikahan.

BACA JUGA:

Namun, tak sedikit pasangan yang baru terbuka soal kemampuan finansial setelah menikah. Karena itu segeralah berbenah, diskusi yang matang tentang posisi keuangan berdua. Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang ingin dicapai bersama. Dengan kesepakatan atas tujuan keuangan bersama, pengeluaran bisa diatur sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tersebut.

Setahun pertama dalam pernikahan adalah masa penyesuaian paling krusial dalam pernikahan. Bukan cuma menyesuaikan dengan pasangan, penyesuaian dengan keluarga juga sering memicu timbulnya masalah. Maka kita harus selalu berpikir positif dalam menghadapi permasalahan.

Dalam melihat masalah kita harus dengan tenang agar dapat berpikir bagaimana cara menyelesaikannya dengan baik, kita harus selalu berpikir bahwa kita mampu melewati masalah itu dengan sebaik-baiknya berdua. Ketika kita punya keyakinan seperti itu, maka kita akan bisa melewati semua masalah dengan baik.

Perbedaan satu dengan yang lainnya adalah hal yang tidak mungkin dapat dihindarkan, karena dua orang dengan latar belakang yang berbeda pasti akan berbeda dalam melihat sesuatu. Perbedaan itu dapat disikapi dengan tenang dan tanpa emosi, ketika perbedaan itu dihadapi dengan emosi maka akan menimbulkan masalah.

Perbedaan itu dapat dikomunikasikan dan dicarikan pemecahannya dengan berkomunikasi dua arah yang efektif. Pasangan bisa saling mengkomunikasikan di awal terkait apa yang disukai dan yang tidak disukai serta bagaimana mengatasi perbedaan tersebut.

Masih bimbang memutuskan kamu sudah siap nikah atau belum? Jika belum juga yakin, kamu bisa jawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner di website www.siapnikah.org ini.

Klik tombol hijau ISI KUESIONER SIAP NIKAH. Setelah mengisi kuesioner, kamu akan langsung mendapat skor kesiapan menikah dan rekomendasinya. Selamat mencoba.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
7
+1
4
+1
49
+1
14
Scroll to Top